Lihat ke Halaman Asli

Helen Adelina

Passionate Learner

Sound of Borobudur, Menemukan Kembali Warisan yang Tersembunyi

Diperbarui: 12 Mei 2021   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokumentasi pribadi

Mengunjungi Candi Borobudur rasanya tidak cukup hanya sekali. Keindahan dan kemegahan Candi Borobudur memang tidak terbantahkan. Fakta bahwa Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-7 oleh dinasti Syailendra, masih berdiri hingga saat ini setelah 13 abad berlalu, semakin membuat kita berdecak kagum. 

Candi Borobudur adalah saksi bisu tingginya peradaban para leluhur kita di masa lampau. Hal yang sangat wajar jika Candi Borobudur diakui sebagai salah satu keajaiban dunia dan dijadikan situs warisan kebudayaan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.

Saat ini, pemerintah sedang mengembangkan Program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dimana Candi Borobudur ditetapkan sebagai salah satu dari lima destinasi super prioritas (DPSP). Candi Borobudur bahkan menjadi bagian dari video promosi Wonderful Indonesia.

Borobudur sebagai Mahakarya Warisan Leluhur 

Dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 meter di atas permukaan laut, Candi Borobudur memiliki panjang 121,66 meter, lebar 121,38 meter dan tinggi 35,40 meter. 

Candi Borobudur berbentuk mandala raksasa yang melambangkan kosmologi Budha Mahayana, terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar, yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar dan sebuah stupa utama di puncaknya. Stupa utama dikelilingi 72 stupa berlubang, yang di dalamnya terdapat arca Budha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna. 

Struktur Candi Borobudur terdiri dari tiga tingkatan, yakni kamadathu, ripadhatu dan arupadathu. Kamadathu pada bagian kaki candi menggambarkan kehidupan keduniawian. Ripadhatu di bagian tubuh candi melambangkan perjalanan manusia meninggalkan keduniawian menuju nirwana. Arupadhatu pada bagian atas candi melambangkan kehidupan spritualitas yang telah mencapai kesempurnaan.

sumber: luk.staff.ugm.ac.id

Pada dinding-dinding Kamadathu dan Ripadhatu terdapat 2.672 relief yang dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni 1.460 panel naratif mengisahkan kehidupan sang Budha dan 1.212 panel dekoratif mengisahkan kehidupan masyarakat pada masa itu. 

Panel naratif sendiri terbagi atas 4 kisah utama, yakni karmawibhangga (menggambarkan hukum sebab akibat/hukum karma), lalitawistara (menggambarkan kelahiran sang Budha sebagai Pangeran Sidharta), jataka dan awadana (mengisahkan sang Budha sebelum lahir sebagai Pangeran Sidharta), serta gandawhuya (menceritakan sang Budha tanpa lelah mencari kebijaksanaan sejati). 

Relief-relief tersebut dibaca sesuai arah jarum jam. Jika disusun berjajar, panjang panel relief mencapai 6 km. Candi Borobudur memiliki koleksi relief Budha terlengkap dan terbanyak di dunia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline