Lihat ke Halaman Asli

Ahok Bukan Tanpa Tandingan

Diperbarui: 28 September 2016   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suasana semakin panas saja menuju perebutan kursi Dki 1. Petahana, yaitu Ahok masih bertengger di urutan paling atas dalam setiap survei manapun, kecuali bila nanti muncul survei abal-abal seperti pada kasus pertarungan pilpres nanti. Saat itu bahkan berlangsung sampai ketika perhitungan suara sudah selesai, dimana ada stasiun TV yang memberitakan perhitungan suara dengan hasil akhir berbeda dari kenyataan. 

Mata setiap warga kini tertuju pada 3 sosok dengan nama dimulai dari huruf A. Mereka adalah Ahok, Anies, dan Agus. Lalu kepada siapakah warga akan menjatuhkan pilihannya? Kita belum tau sekarang, namun hasil akhir baru akan kita ketahui tahun depan, jadi kita masih harus bersabar. Nama Ahok masih disanjung dan begitu populer, meski agak mulai disusul oleh Anies yang memang sudah terkenal sejak dia menjadi Menteri Pendidikan. 

Pertanyaan yang kemudian muncul apakah cukup dengan terkenal saja seseorang layak dipilih menjadi gubernur? Rhoma Irama tingkat keterkenalannya tinggi sekali tetapi belum tentu ia bisa jadi gubernur. Begitu pun dengan Ahmad Dhani yang banyak bicara itu, ia lumayan terkenal tetapi belum tentu bisa jadi gubernur. Sekarang Dhani bahkan mencari peruntungan dengan menjadi wakil walikota bekasi. Tingkat keterkenalan saja tidak menjamin seseorang bisa, layak, dan pantas menjadi gubernur. Bagaimana dengan Ahok? Dia itu menurut aku tidak saja terkenal, dia sangat terkenal karena pemberitaan yang hampir tiap hari memberitakan tentang dirinya. Tetapi juga ia itu pantas dan layak jadi gubernur karena tingkat elektabilitasnya tinggi, disertai dengan hasil kerja nyata sebagai pemimpin. Hanya orang buta yang tidak bisa mengakui keberhasilan Ahok dalam memimpin Jakarta. 

Apakah Ahok tidak bisa tertanding? 

Aku rasa bisa-bisa saja, tetapi siapapun lawannya harus bekerja keras paling nggak dalam dua hal. Pertama, dia harus mampu mengalahkan Ahok dari segi keterkenalan dan popularitas. Kedua, dia harus sanggup mengalahkan Ahok dari segi prestasi. Tunjukkan bahwa kamu bisa lebih baik dari Ahok. Kalau belum mampu menunjukkan hasil karya nyata ya paling tidak gelontorkan ide, gagasan, dan program kerja yang kemungkinan tidak dilakukan Ahok dan memang baik terwujud demi Jakarta yang lebih baik. Jadi kalau ada yang ditanya program dan kerjaan apa yang akan dia lakukan untuk kebaikan Jakarta lalu calon itu hanya menjawab begini, “Nanti ya.....belum sekarang ya, pokoknya ada deh...” Bagi aku itu namanya omdo alias omong kosong doang. Harusnya sebagai pasangan calon terpilih ia seharusnya sudah tau dong program hebat apa yang akan dia lakukan untuk Jakarta ini. Ini bukan pemilihan lurah, ini gubernur kota Metropolitan, jangan main-main. 

Warga Jakarta, seperti aku ini tidak butuh janji. Sudah terlalu banyak janji pemimpin yang hanya terucap manis di bibir tetapi tidak pernah menjadi kenyataan di lapangan. Mereka hanya pintar berjanji tapi tak pintar menepati janji mereka sendiri. Kebanyakan pemimpin hanya pintar beretorika. Misalanya punya semboyan bersih dan tidak korup tetapi dia sendiri korup dan suka ngemplang pajak. Punya motto mengubah Jakarta lebih baik, tetapi dia sendiri tidak peduli kebersihan. 

Apa daya, maksud hati memeluk dan merangkul warga Jakarta, orang-orang seperti itu justru akan ditinggal pergi dan dijauhi calon pemilih. Makanya buktikan apa yang diucapkan itu selaras dengan apa yang dilakukan. Citra diri seorang calon pemimpin adalah dari karya nyatanya, bukan dari buah bibirnya. Orang boleh bilang apa saja, tetapi orang lain akan lihat apa yang kamu kerjakan bukan apa yang kamu ceritakan. 

Orang tidak akan terpukau mendengarkan cerita tentang bagaimana membersihkan sungai, tetapi mereka akan puas dengan melihat pakai mata sendiri bahwa sungai-sungai bersih. Orang tidak akan bilang ‘wow’ mendengar cerita tentang bagaimana membersihkan aparatur negara yang malas dan ‘makan tulang’ saja kerjaannya, sudah gitu korup lagi. Tapi mata mereka tak akan berkedip melihat ada pemimpin yang berani, tegas, dan membenahi birokasi sungguh-sungguh. Orang juga tak akan terkagum-kagum mendengar bagaimana cara mencegah penyelewangan yang ampuh, tetapi mereka akan terpesona melihat ada pemimpin yang berani membongkas kebusukan-kebusukan yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang dipimpinnya. 

Jadi para pasangan calon lawan Ahok harusnya sudah tau bagaimana menandingi Ahok. Bukan dengan kampanye berlabel SARA. Bukan dengan kampanye hitam. Tandingi Ahok dengan sesuatu yang lebih baik, lebih bagus, dan lebih mengejutkan dari apa yang sudah Ahok kerjakan selama ini. Hanya dengan itu orang akan mungkin beralih dari Ahok. Ya kecuali mereka-mereka yang sudah membenci Ahok sejak jaman besi gigit kuda, bagi mereka tentu yang wajib berlaku adalah ‘Asal Bukan Ahok’ apapun alasannya. HS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline