Ada ungkapan yang mengatakan bahwa gajah mati meninggalkan gading dan harimau meninggalkan belang. Tapi apa yang akan ditinggalkan oleh manusia bila ia meninggal? Bukan sepatu yang dipakainya, bukan pula kemeja apa yang dipakainya, mobil apa yang ia gunakan, rumah dimana yang ia tempati. Lalu kalau begitu apa yang dittinggalkannya untuk terus dikenang orang-orang sekitar dan keluarganya? Nama baik. Itu adalah hal sederhana namun sangat memegang peran penting agar supaya nama kita dikenang secara baik. Nama baik adalah hasil dari semua perbuatan dan tindakan kita selama kita hidup. Pemenuhan atas setiap janji-janji kita. Dan perlakuan kita terhadap sekitar kita. Nama baik akan ditemui di sana.
Apakah mereka-mereka yang selalu berbuat jahat. Mereka yang korupsi miliaran jumlahnya, menyengsarakan rakyat, dan menjadi pemimpin yang sadis akan juga dikenang? Oh tentu saja. Namun sudah pasti mereka akan dikenang bukan karena nama baik tetapi karena ‘nama jahat’ atau karena kejahatan mereka. Persis seperti apa yang dilakukan Hitler, Stalin, Lenin, Jack the Riper, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Mereka tercatat dalam sejarah kelam sebagai penjahat, dan tentunya dikenang sebagai orang jahat. Tidak lebih.
Nama Baik Wakil Rakyat
Menjadi seorang wakil rakyat, maka ia harus siap-siap untuk berkorban. Apapun alasan dia untuk berpolitik, sebisanya dia harus menjadi representasi atau cerminan bagaimana mestinya orang berpolitik di negeri ini. Bila ia cacat dalam berpolitik, orang luar akan menilai begitulah politik di negeri ini. Begitu sebaliknya, bila ia menjadi politikus yang baik dan jujur, maka itulah pandangan orang luar tentang dunia perpolitikan kita. Kalau keinginan berkuasa lahir oleh karena kehendak memperkaya diri (sering di atas penderitaan orang miskin), maka ia mesti siap-siap mendulang cercaan, hinaan, dan kutukan. Ia akan dianggap tak lebih dari ‘kutu busuk’ dunia politik yang hanya menciptakan disparitas kaya-miskin makin melebar. Kutu yang membuat gatal sekujur tubuh negeri Indonesia yang tercinta ini. Kutu yang membusuki seluruh tubuh negeri ini.
Ambil contoh, bagi semua mereka yang bertarung untuk menjadi wakil rakyat. Tanpa sosialiasi program yang jelas, tanpa track record yang jelas, dan tanpa turun berbaur dan bersosialisasi dengan masyarakat pemilih, maka rakyat pemilih pasti hanya akan geleng-geleng kepala tak tau mau mencoblos siapa di bilik suara, habis tak jelas orangnya, dan tak kenal pula. Ibarat membeli kuncing dalam karung. Ini adalah cikal bakal lahirnya wakil rakyat yang bukan wakil rakyat.
Setelah mereka terpilih, apakah ada jaminan mereka kemudian memang akan berbuat sesuatu yang baik dan jelas demi kesejahteraan rakyat? Menyandang gelar wakil rakyat belum tentu benar-benar akan mewakili rakyat. Sebab dengan semakin melunturnya hati nurani sebagian besar politikus negeri ini, sangatlah susah mengharapkan mendapatkan wakil yang benar-benar baik dan mementingkan rakyat dengan mudah.
Kembali ke masalah nama baik. Apa sebetulnya nama baik yang harus dijaga oleh para wakil rakyat di negeri ini?
-Jagalah peran yang sudah diberikan oleh rakyat. Yaitu membela kepentingan rakyat, serta memihak kepentingan rakyat lebih tinggi dari sekedar kepentingan golongan, partai, apalagi kepentingan pribadi.
-Lakukan apa yang mesti dilakukan seorang wakil rakyat. Jangan bertindak seolah-olah wakil pemerintah saja. Ada begitu banyak ketimpangan di negeri ini yang harus diluruskan dan dibereskan. Wakil rakyat tidak sama dengan wakil pemerintah, atau wakil dari mereka yang berkuasa memimpin negeri.
-Ingat janji-janji Anda. Setiap kata yang terlontar sebelum Anda terplilih, akan direkam dengan sangat jelas oleh rakyat yang memilih Anda. Kalau ternyata perbuatan tidak sesuai yang dijanjikan, maka itu bukan amanat rakyat yang sementara Anda jalankan, dan kalau begitu, bersiaplah menerima amarah rakyat.
-Pisahkan antara yang benar dan yang salah secara tegas. Jangan berkompromi dengan kejahatan, melainkan bela selalu apa yang benar. Karena itu jangan memulainya dengan tindakan-tindakan tidak jujur. Ketika Anda bermain politik uang dan politik kotor demi kursi dewan, ujungnya juga akan berkakhir kotor. Anda dengan mudahnya tergoda untuk korupsi, memakan apa yang bukan milik Anda. Mencari kompensasi terhadap miliaran rupiah yang sudah dikeluarkan supaya terpilih.
-Jadilah pelaku kebaikan dan bukan sekedar pemberita kebaikan. Berkoar-koar tentang kebaikan sewaktu mencalonkan diri. Menebar janji tentang kebaikan, namun tidak pernah sanggup melakukannya ketika terpilih. Itu sama saja dengan NATO alias No Action Talk Only.
Itulah saya rasa maknanya nama baik yang mestinya terus dijaga oleh para wakil rakyat. Nama baik kalian dipertaruhkan lewat tindak tanduk kalian. Semakin mejauhi rakyat, semakin rusak nama baik kalian. Selamat menjadi wakil rakyat, dan selamat bertugas! HS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H