Lihat ke Halaman Asli

Ngobrol "Seberapa Nasionaliskah Kamu?" Bersama Daniel Mananta di UPH Virtual Open House

Diperbarui: 7 September 2020   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Zaman sekarang siapa sih anak muda yang tidak tahu budaya Korea Selatan lewat fashion dan musik K-pop atau budaya barat yang sejak lama masuk ke Indonesia. Lewat beragam media, terutama media sosial, pastinya anak muda semakin mudah copy-paste kebiasaan budaya asing yang dianggap keren. Tidak salah menikmati ragam hiburan dan mengenal budaya asing. Tapi penting bagi anak muda untuk tetap kenal dan cinta budaya Indonesia, bahkan kecintaan ini harus mendorong kita untuk mau berkontribusi bagi bangsa lewat potensi dan passion yang terus dikembangkan. Kepeduliaan ini mendorong Universitas Pelita Harapan (UPH) mengajak Daniel Mananta membahas 'Nasional is Me'. Terlepas dari beragamnya budaya luar yang sudah masuk ke Indonesia, UPH ingin generasi muda tetap kokoh dengan kecintaannya pada Bangsa Indonesia. Tentunya dengan cara yang tepat, berkualitas, dan toleran.

"Seberapa nasionaliskah kamu? Tanya Daniel, public figure sekaligus Founder Damn! I Love Indonesia mengawali ngobrol seru yang disambut ramai oleh 600 siswa sekolah menengah, peserta UPH Virtual Open House 26 Juli 2020 di platform Zoom. Bergantian peserta terpilih pamer kecintaannya pada Indonesia; ada yang mengaku rajin membeli produk lokal, hobi mendengar musik Indonesia, suka kuliner otentik Indonesia, dan beragam jawaban dari yang serius hingga menghibur seluruh peserta.

Daniel sendiri yakin bahwa generasi muda pasti tahu urgency untuk tetap memiliki semangat cinta Indonesia. Namun mungkin memakai media dan cara yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

"Perbedaan gaya dan cara ini membuat seakan-akan kita tidak nasionalis. Apalagi sekarang zamannya glocalization (globalization + local). Banyak anak muda mampu mengenalkan budaya lokal secara global dengan caranya masing-masing. Misalnya melalui musik, konten di media digital, atau seperti DAMN! I Love Indonesia yang memproklamirkan kecintaan pada Indonesia melalui fashion," papar Daniel antusias.

Daniel juga mengingatkan agar kita tidak ngotot budaya siapa yang lebih baik bahkan hingga menimbulkan kericuhan. Nasionalisme bukan sebatas membela simbol negara, baju tradisional, tarian daerah, atau hafal pancasila. Sebaliknya, jangan sampai aspek tradisional dan simbol negara ini malah membatasi anak muda dalam menunjukkan semangat kebangsaan dan menimbulkan sikap intoleransi.

"Nasionalisme bisa dipahami secara sederhana. Bukan lagi tentang perjuangan dan berani mati melawan penjajah. Tapi esensinya adalah bagaimana kita mampu menemukan jati diri, membawa passion, menemukan purpose untuk membanggakan Indonesia. Contoh ketika kualitas kerja kita diakui lalu kita dikirim dan bekerja di negara lain, kita bisa menunjukkan kualitas kita sebagai anak Indonesia, ini sudah nasionalis. Lalu ketika kita bilang 'aku orang Indonesia' ke orang lain, itu juga udah nasionalis! Pakai passion dan purpose untuk berkontribusi bagi bangsa" tandas Daniel.

Daniel juga menekankan agar semangat nasionalisme harus dibarengi dengan sikap toleransi, karena praktiknya akan selalu ditemukan permasalahan seputar intoleransi di bangsa ini. "Selalu toleransi. Jangan sampai orang intoleran membuat kita juga jadi intoleran," pesan Daniel tegas.

Dengan ngobrol bareng Daniel Mananta, harapannya semangat nasionalisme para anak muda yang hadir tidak luntur bahkan menjadi pendorong dalam berkontribusi bagi bangsa. Menggunakan ide-ide kreatif, passion dan purpose untuk menciptakan sesuatu yang membanggakan bangsa melalui

Di UPH sendiri, pemahaman untuk menjunjung nasionalisme pastinya menjadi salah satu nilai yang selalu ditekankan kepada mahasiswa. Untuk siswa sekolah menengah, ketika kamu memilih UPH, beragam kegiatan di UPH baik dalam dan luar kelas akan mendorong kamu untuk jadi generasi peduli sesama dan bangsa. Mulai dari kontribusi nyata melalui kegiatan PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat), melalui mata kuliah 'Leadership', organisasi kemahasiswaan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan kegiatan lainnya. Jadi untuk siswa/i kelas 12, kamu bisa memanfaatkan peluang 'Beasiswa 100 Miliar' untuk Tahun Akademik (TA) 2021/2022 dan pilih program studi yang cocok dengan minat kamu. Tunggu apa lagi? Mulai dari diri sendiri, bekali diri kamu jadi generasi muda yang cinta tanah air dan siap berkontribusi bagi bangsa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline