Lihat ke Halaman Asli

OB vs Supir Angkot

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_130851" align="aligncenter" width="300" caption="Dokumen pribadi"][/caption]

Hari itu OB melakukan petualangan menaiki angkot. Sudah lama dia tidak menaiki angkot. Menurut dia, naik angkot itu lumayan praktis ketimbang harus membawa kendaraan sendiri. Macet,capek, belum lagi acara sengol-sengolan dan tabrakan. Huh…melelahkan.

Naik angkot, tidak pakai lama, sudah ada angkot yang siap membawa OB ke destinasi tujuan.

“Ke Simpang, Pak?”

Supir angkot menjawab iya walaupun sebelumnya agak ragu-ragu.

Lafaz bismilillahirrahmanirrahim mengiringi langkah OB menaiki angkot. Cuma ada 1 orang, anak muda. Alhamdulillah tidak berdesak-desakan. Tidak lama, supir angkot berhenti.

“Punten Aa, sampai di sini aja, ke depan macet”

Tanpa banyak komentar, si anak muda turun setelah membayar uang 2 ribu rupiah.

“Ke simpang Pak?”

“Iya, ke simpang. Kalau lewat depan, macet” kata supir angkot sambil membelokkan stir angkotnya ke arah kiri.

“Pantesan si supir angkot agak ragu-ragu tadi. Alhamdulillah, pak supir memlih aku”ucap OB dalam hati.

OB bersyukur karena tidakperlu melewati jalan macet, dan tidak pakai lama untuk membawa dirinya ke Simpang. Walaupun, ada penumpang lain yang harus diturunkan di tengah jalan. Tinggal OB dan supir angkot, berdua, menuju Simpang.

“Sudah lama bawa angkot Pak” OB memulai obrolan.

“Baru ernam bulan Aa”

“Sebelumnya saya bawa bis antar propinsi”

“Kenapa berhenti Pak?”

“Sekarang udah ga banyak yang naik bis. Tiket pesawat murah, jadi banyak yang milih naik peesawat”

“Tapi pas jadi supir bis, penghasilannya gimana, Pak?”

“Lumayan Aa, apalagi bisa diakal-akalin. Kita ga usah bayar setoran kalau bilang bis kita rusak. Tinggal kasi uang rokok ke mortir. Lumayan kan uang setoran ke masuk ke poket!”

“Emangnya uang setorannya berapa Pak?”

“Kalau dulu ya…1 juta 50 ribu”

“Wah, lumayan tu Pak!”

“Iya Aa. Tapi sekarang udah ga banyak yang naik bis antar propinsi, makanya saya berhenti, Aa”

“Oh gitu, Pak ya!”

“Kalau jadi supir angkot gimana Pak?”

“Lumayan Aa, minimal 100 ribu sehari”

“Kalau setoran berapa, Pak”

“Tergantung Aa. 120 ribu kalo hari biasa, 100 ribu kalo hari puasa, 85 ribu kalo sabtu dan minggu, 60 ribu kalo hari besar”

“Itu pasti ketutup, Pak?”

“Oh, pasti! Pokoknya 100 ribu udah dikurangi bensin sama setoran, Aa”

“Wah, lumayan donk Pak!1 bulan bisa dapat 3 juta!”

“Kan ada libur 3 hari Aa”

“Wajib libur ya Pak?”

“Wajib Aa, biar supir yang lain dapat jatah”

“Tapi kan masih lumayan, Pak. Sebualan, 2 juta 700 ribu! Wah, gaji saya aja ngga segede itu Pak! ”

“Memangnya gaji Aa, berapa?”

“Wah, gaji saya pas-pasan!”

“Kalau saya, lebih pilih yang pas-pasan, Aa”

“Kenapa Pak?”

“Ya, pas mau mobil, ada mobil, pas mau rumah, dapat rumah. Lebih enak kaya gitu Aa, pas-pasan. Pas mau, ada aja datang rejekinya”

Gubrak! OB ketawa terkakak-kakak, sambil melihat supir angkot yang sudah mengajarnya arti bersyukur.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline