Sejak Maret 2020, dengan terpaksa semua sekolah memulai era di mana pembelajaran harus dilakukan secara jarak jauh. Sudah tidak ada tawar menawar lagi.
Banyak opini bahwa sekolah harus tetap berjalan, karena pendidikan tidak boleh terputus begitu saja, bukan? Wah, saya selaku salah satu pendidik di sekolah, setuju pakai banget, bahwa pembelajaran tidak boleh terputus. Secara ini pendidikan dan ini profesi profesional saya. :)
Pada saat "terpaksa" harus tetap menjalankan sekolah tadi, maka banyak opini, banyak argumen, mengenai bagaimana cara paling efektifnya. Berlomba-lombalah, para "pakar pendidikan" membagikan tips dan trik untuk kami para guru. Tentu saja, terima kasih atas masukan-masukannya. Begitu banyak, maka kita harus pandai-pandai menyesuaikan mana yang pas, cocok dan terbaik bagi siswa kita.
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah opini bahwa mengajar siswa (fokus saya adalah di jenjang SMP-SMA) itu adalah harus melihat siswanya, seperti keadaan normal, bertemu di ruang kelas, di area sekolah dan berkegiatan belajar ataupun penilaian semua diupayakan selaras dengan keadaan normal tadi.
Pertemuan tatap muka secara online. Teknologi telah mempermudah kehidupan manusia. Sudah bertebaran teknologi video call, antar dua individu atau dalam sebuah grup sekaligus. Jadi sebagian berpikir bahwa ini akan memudahkan "perpindahan / pergeseran" pembelajaran dari sekolah ke rumah, "remote learning".
Maka dimulailah "sekolah online" dengan berusaha sebaik mungkin memindahkan kegiatan sehari-hari di kelas ke dalam ruang tangkapan layar komputer / laptop dengan video konferensi. Guru dan siswa kedua pihak menyalakan kamera agar tatap muka tadi tetap berlangsung sama seperti normal.
Fokus kepada video konferensi dalam mengajar, mengakibatkan perdebatan antara kamera dinyalakan atau dimatikan.
Pembicaraan, diskusi dengan beberapa kalangan guru, rata-rata menginginkan kamera selalu dinyalakan selama mengajar.
"Bicara di depan layar komputer sendiri tanpa melihat wajah siswa, kok merasa seperti orang aneh, bicara sendiri". Alasan ini paling banyak, apakah anda juga ada di sini? :D
"Dengan melihat siswa maka saya dapat tahu, dia memperhatikan pelajaran atau tidak". Ini pun alasan cukup banyak terungkap. Hati-hati di sini, tips untuk bapak/ibu guru, jangankan wajah di depan kamera, wajah di depan kita saja siswa duduk di dalam kelas, pikirannya bisa menerawang dan tangannya coret-coret di kertas (menulis / menggambar).
"Saya merasa siswa harus melihat mimik wajah saya pada saat menjelaskan pelajaran agar mereka mengerti lebih cepat." Aha, ini guru yang punya bakat "entertainer".