Lihat ke Halaman Asli

Menuju Pendidikan 4.0

Diperbarui: 26 Oktober 2019   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edu 4.0 - menurut opini saya.

Pertanyaan untuk rekan-rekan pendidik, sejujurnya, apakah yang ada di benak Bapak/Ibu mengenai pemahaman edu 4.0?

Sudahkah Bapak/Ibu Guru dijejali berbagai seminar tentang edu 4.0? Sudahkah dianjurkan (baca: dipaksa) memakai bermacam-macam alat bantu dengan teknologi dalam mengajar para siswa supaya berkesan sekolah sedang menuju edu 4.0? 

Sudahkah diajak (baca: dengan terpaksa) mengganti kurikulum yang (katanya) lebih bagus, bukan "teaching for the test"? (Padahal semua kurikulum ya sama saja sebenarnya, tergantung sejauh mana sekolah dan seluruh orang yang terlibat di dalamnya mampu mengadaptasinya).

Untuk membuat kita bisa introspeksi diri, mari kita lihat satu persatu rangkuman bagian-bagian edu dari 1.0 sampai 4.0.

Dimulainya Edu 1.0 dengan ditandai adanya bangunan-bangunan sekolah. Murid datang ke sekolah, duduk rapi dalam aturan tempat duduk dan pengajaran hanya satu arah, dari guru ke murid. Guru adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan di sekolah tersebut, dan tentu saja si guru didukung oleh buku-buku pelajaran, catatan-catatan, "handouts", juga video-video yang mendukung sumber belajar tadi. 

Lingkupnya hanya terjadi di sekolah saja. (.....uuhhmm tunggu, masih adakah Bapak/Ibu guru yang hanya memiliki nuansa sekolah yang seperti ini? semoga tidak ya, karena kita sekarang sudah di tahun 2019, terlalu jauh jika masih di sini :) ).

Lalu mari sekarang kita lihat Edu 2.0. Di era ini sudah mulai berkembang adanya berbagai metode pengajaran, tidak hanya dari guru ke murid, tetapi sudah terjadi antar murid saling belajar dan berbagi (Metode Jigsaw umpamanya). Hampir seluruh pembelajaran terjadi di dalam kelas dan sekolah, tetapi sudah dimulai dengan pembelajaran secara online. 

Sama seperti edu 1.0, di edu 2.0 guru- guru masih dipandang sebagai tenaga profesional, dan semakin memiliki lisensi profesional pendidik maka makin sah dan komplit sebagai pengajar siswa di sekolah. 

Waahh, bersertifikat pendidik secara profesional nih, berarti boleh dong kita makin rajin mengumpulkan berkas dan melaporkan kembali per tahun walaupun berulang dan dipersulit untuk kasus mutasi guru (pengalaman pribadi dan akhirnya tak melanjutkan urusan berkas apalagi tunjangan / baca: "bodo amat" - Red). tetapi yang penting tetap bersertifikat (sekaligus terima tunjangan ;) ). Jadi Bapak/Ibu masih di era edu 2.0? Jrengg.. ;)

Berikutnya, Edu 3.0, dimulainya era pembelajaran secara kontekstual. Belajar hal-hal nyata yang bebas dan siap didapat dari berbagai sumber. Belajar antar guru, antar siswa, tak menutup peluang guru belajar dari siswa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline