Lihat ke Halaman Asli

Hedwigis Kenrina Tantri

Mahasiswa program studi Teknologi Pangan di salah satu universitas negeri di Surabaya

Pengenalan Makanan Sehat Tradisional Berbasis Singkong sebagai Alternatif Fast Food Melalui Program MBKM

Diperbarui: 30 Juni 2022   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: nusadaily.com

Adanya kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini mendorong manusia menjadi sadar akan pentingnya memiliki pola hidup yang sehat, dikarenakan semua informasi dapat didapatkan dengan mudah, terutama informasi mengenai kesehatan dan jenis-jenis makanan yang baik dikonsumsi untuk tubuh. 

Kampanye mengenai pola hidup sehat seperti rutin berolahraga dan makan-makanan bergizi dapat dengan mudah ditemui di berbagai platform media sosial yang sedikit banyak memberikan dampak positif bagi yang melihatnya.

Seiring dengan berkembangnya jaman, manusia juga dituntut untuk selalu produktif dan mengikuti arus kehidupan yang ‘serba cepat’. Hal ini memiliki dampak yang kurang baik pada pola makan masyarakat, dimana banyak masyarakat memilih makanan cepat saji atau fast food karena dianggap praktis, jenisnya memenuhi selera, dan memiliki harga yang terjangkau di kantong sehingga cocok bagi mereka yang selalu sibuk.

Makanan cepat saji menurut Valoka (2017) merupakan jenis makanan yang mudah dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana yang umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat adiktif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Kandungan gizi dari makanan cepat saji umumnya lebih banyak mengandung kalori, lemak, gula, dan garam namun rendah akan zat-zat gizi yang baik untuk tubuh.

Selain pola konsumsi makanan fast food, pola hidup masyarakat khususnya masyarkat di kota-kota besar juga dipengaruhi oleh tren coffee shop masa kini. Café pada saat ini merupakan tempat untuk aktualisasi dan sosialisasi masyarakat perkotaan dan juga tempat untuk mewadahi kegiatan produktif seperti bekerja dan mengerjakan tugas yang cukup ditemani oleh secangkir minuman kekinian, sehingga singgah di café merupakan sebuah keharusan bagi masyarakat modern saat ini. 

Aktivitas tersebut juga perlahan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, di mana makanan dan minuman yang disajikan juga termasuk ke dalam makanan cepat saji. Ketidakseimbangan antara gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat modern memerlukan solusi yang tepat untuk memberikan jalan keluar bagi masalah tersebut.

Tiwul dan gatot merupakan produk pangan tradisional dari singkong yang memiliki nilai gizi baik namun termasuk ke dalam kelompok makanan yang kurang terkenal. 

Data komposisi pangan menunjukkan bahwa tiwul memiliki kandungan gizi berupa besi, serat, ribovlavin, seng, kalium, dan tiamina yang cukup tinggi, sedangkan gatot memiliki kandungn gizi berupa besi, serat, tembaga, dan seng yang cukup tinggi (Kemenkes RI, 2018). 

Proses pengolahan singkong menjadi tiwul dan gatot memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak cocok untuk gaya hidup masyarakat modern. Namun, kemajuan teknologi membantu proses pengolahan tiwul dan gatot sehingga dapat diolah menjadi lebih cepat menjadi tiwul instan dan gatot instan yang penyajiannya lebih praktis dan mudah serta cocok dikonsumsi oleh masyarakat modern.

Pembuatan produk pangan tiwul dan gatot yang semula tidak mudah dapat diolah kembali menjadi produk pangan instan yang penyajiannya lebih cepat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline