Lihat ke Halaman Asli

Didi Jagadita

pegawai swasta

Deradikalisasi dan Pentingnya Peran Komunitas Moderat

Diperbarui: 26 Januari 2024   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nu online

 Bagi orang awam, mudah saja mencerca satu pihak untuk dianggap gagal melakukan penyadaran terhadap korban. Misal instansi yang berwenang untuk narkotika. Bebebrapa kali orang pecandu keluar dari Lembaga ketergantungan obat, diketahui kembali lagi mengkonsumsi narkotika. Bila itu terjadi (dan kerap terjadi di Indoensia) tidak saja sang korban yang dicerca (disebut korban karena dia korban pengaruh buruk untuk mencicipio narkoba) tapi juga Lembaga yang menangani pemulihan korban tersebut.

Demikian juga pencandu pornografi, gamers dll perlu waktu, tenaga `untuk menyadarkan bahkan memulihkannya lagi. Apalagi jika mereka terlalu dekat dengan komunitas itu, maka kemungkinan besar akan perlu waktu lebih lama lagi, dan effort yang lebih keras lagi jika ingin berjalan di jalan yang benar.

Begitu juga dengan terorisme. Bidang ini memang agak berat pembahasannya karena menyangkut ideologi, atau ide, atau gagasan yang tidak berwujud benda tapi dipercaya betul oleh pengikutnya.

Anak Imam Samudra misalnya. Terlepas dari figur seorang ayah, keyakinan bahwa yang dilakukan oleh ayahnya saat bom Bali dibenarkan oleh agama, diyakini olehnya. Pengajarannya kemudian meningkat yaitu beragkat berperang membela ISIS di Suriah merupakan hal tepat yang dilakukannya sebagai umat muslim. Padahal kita tahu bersama bagaimana peta muslihat ISIS terhadap umat muslim dunia untuk merekrut mereka melawan pemerintah resmi Suriah. Kabarnya anak Imam Samudra tewas di sana dalam usia yang masih belia.

Di sini kita bisa melihat bahwa ideologi, apalagi di keluarga fanatik dimana sebuah keyakinan(meski salah) terus dipupuk dan menguat dari waktu ke waktu. Inilah yang menjadi tantangan kita semua.

Bagaimana kita mewujudkan lingkungan yang moderat dan toleran terhadap yang berbeda. Bagaimana kita sebagai komunitas moderat dapat mendekati bahkan mempengartuhi kelompok-kelompok kajian garis keras yang kerap memusuhi negara dan menganggapnya thogut. Kelompok-kelompok kajian itu seringkali menganggap diri dan kelompoknya eksklufsif dan berbeda dengan kelompok lainnya.

Sekali lagi ini adalah tantangan kita semua. Kita bisa melihat cara kelompok gusdurian mendekati kelompok-kelompok intoleran untuk sekadar berteman dan bersahabat tanpa target mengubnah sesuatu. Lama kelamaan yang merasa eksklusif tadi akan menemukan jalannya yang benar dan sejalan dengan agama dan negara. Dengan demikian proses deradikalisasi dalam konteks kecil bisa terealisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline