Lihat ke Halaman Asli

Didi Jagadita

pegawai swasta

Pentingnya Mempertimbangkan Pendapat Ulama dan Umara dalam Banyak Hal

Diperbarui: 25 November 2023   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

detik.com

Kita sekarang ini berada dalam alam informasi yang sangat dominan dan massif. Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri bagi kita karena kondisi itu memerlukan pemahaamn terhadap kurasi informasi yang baik dan terukur karena yang dihadapi adalah informasi dengan skala yang sangat besar.

Terlebih di Indonesia, dimana kondisinya lebih majemuk dibanding yang lain. Kemajemukan itu entah karena keyakinan, bahasa, adat, sosial demograsi dan bisa juga karena kepentingan yang majemuk. Kondisi di Sabang Aceh, misalnya sa\ngat berbeda dengan ornag yang berada di kabupaten Negara, Bali. Begitu juga orang yang berada di Luwu Banggai juga berbeda dengan orang yang berada di Papua. Demikian seterusnya.

Di Indonesia banyak sekali ulama yang tidak saja menguasai ilmu agama tetapi dia juga menguasai bidang lain seperti sosiaologi  dll sehingga bisa memahami masyarakayt dengan baik. Ulama seperti ini di Indoensia amat disegani oleh umat, karena tidak saja sikapnya yang akan menjadi panutan, tetapi juga lisannya akan menjadi teladan dan akan ditiru oleh para santrinya. Karena itu, ada pepatah dikalangan pesantren adalah manut kyai.

Ulama dengan pemahaman mendalam tentang ajaran agama memainkan peran krusial sebagai pemandu moral dan filter kebenaran. Kita masih bisa lihat di beberapa daerah yang kental warnaagamanya, kepala daerah dan wakil rakyat masih memperhitungkan sikap kyai mereka untuk sesuatu. Ini sangat penting bagi mereka karena didalam sebuah keputusan akan tercermin norma-norma dan moral lokal yang sesuai dengan daerah itu.

Semisal, kebijakan untuk mengekplorasi satu tujuan wisata dan perangkatnya. Maka akan juga memperhitungkan pendapat dan pertimbangan ulama dan bukan hanya sekadar hasil penelitian dari intelektual  (umara ) saja. Pendapat mereka soal kesesuaian budaya dan agama akan jadi pertimbangan utama yang tidak bisa disepelekan. Jika itu terjadi, maka di masa depan, ekplorasi itu akan mendapati kendala.

Di sisi lain, umara, para pemimpin yang mengemban tanggung jawab pemerintahan punya tanggung jawab yang tidak main-main. Mereka diharapkan membentuk pagar kokoh bagi keutuhan bangsa. Umara tak hanya berbicara dalam bahasa kebijakan, tetapi juga memahami nilai-nilai keagamaan sebagai fondasi persatuan. Sinergi antara keduanya dapat membangun narasi positif dan membungkam disonansi yang dapat memecah belah.bangsa.

Baru-baru ini, Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan himbauan untuk menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme. Fatwa ini bersinergi dengan komitmen pemerintah dalam hal dukungan terhadap Palestina.

Di mata awam Masyarakat, fatwa ini bermata dua yaitu kepatuhan terhadap fatwa dan penterjemahan secara bebas oleh para penganut radikal , atas nama demokrasi. Para radikalis akan menterjemahkan secara serampangan dan menghembuskan narasi bahwa boikot ini tidak cukup hanya pada produknya, namun juga sistem demokrasi yang menurut mereka produk Yahudi.

Disinformasi semacam ini banyak muncul di media sosial. Sehingga  pendapat umala dan umara sangat penting untuk menjadi pertimbangan masyakarat untuk menilai secara tepat hal itu. Dengan demikian kita akan tetap bisa mengoptimalkan persatuan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline