Lihat ke Halaman Asli

Didi Jagadita

pegawai swasta

Media Sosial untuk Dakwah yang Harmoni dan Berbudaya

Diperbarui: 26 Mei 2023   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

iqra.id

Media sosial merupakan ladang dakwah atau ranah menyeru pada jalan yang diridhoi Allahuta'ala. Pemanfaatan media sosial sudah tidak dapat dielakkan lagi di era internet seperti sekarang ini. Aktifitas dakwah di internet dikenal sebagai strategi dakwah berbasis multimedia (Bobby Rachman Santoso, Lutfi Fatmasari, dan Ahmad Nurcholis. 2021. "Strategi Dakwah Multimedia Nahdlatul Ulama Melalui Instagram @nuonline_id." Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman).

Internet sudah dibanjiri dengan tontonan yang serba guyon. Video-video anak main game. Maupun obrolan yang kadang punya aspek kemanfaatan minim. Oleh karena itu, para pendakwah mesti terjun dalam media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan secara simultan dan berkomitmen.

Beberapa tahun yang lalu, di banyak kesempatan, media sosial dijadikan lahan kampanye orang-orang yang beragama secara radikal. Sempat ada tayangan di media sosial tentang ajakan untuk melakukan perang di luar negeri, demi menegakkan panji-panji ideologi. Fenomena ini jelas ditentang oleh para ulama di Indonesia.

Di sisi lain, para pendakwah atau kaum muslimin mesti pula tergerak. Dari pada media sosial dipenuhi dengan konten-konten yang kurang bermanfaat, akan lebih baik jika dibanjiri dengan pesan-pesan keagamaan yang konstruktif. Mesti dipahami pula, agama tidak pernah anti terhadap ilmu pengetahuan. Konten seputar sains yang dibalut dengan nuansa agama justru membuat orang paham akan banyak hal. Di satu aspek memahami hukum sebab akibat, di aspek lain membuat penyimaknya terpukau dengan kehebatan Tuhan yang menciptakan alam semesta.

Harmonisasi terhadap pesan-pesan dakwah, yang tidak malah mempertentangkan sejumlah hal, merupakan sebuah kebutuhan di zaman sekarang. Orang-orang yang makin ketat kehidupannya, tinggi tingkat stressnya, pasti memerlukan asupan benilai religi. Tentu saja, dengan tidak meninggalkan pijakan lokalitas, kearifan, maupun budaya. Sehingga, antara budaya dan agama tidak lantas dipisahkan jauh.

Faktanya, ada banyak budaya bangsa ini yang tidak bertentangan dengan agama. Tidak sedikit budaya di Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur universal. Pesan dakwah yang harmoni dan berbudaya sangat mungkin disebarluaskan melalui media sosial.

Apalagi saat ini sudah mudah melakukan sharing konten melalui banyak aplikasi chatting maupun platform media sosial. Dengan adanya harmonisasi dan kearifan lokal dalam praktik beragama, kenyamanan akan tercapai. Orang-orang akan beragama dengan gembira. Mereka tetap menjaga aqidah, syariah, dan akhlak, namun tidak serta-merta melupakan kebudayaan yang sarat dengan nilai-nilai luhur humanistik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline