Lihat ke Halaman Asli

Heddy Yusuf

Ingin jadi orang bijaksana, eh..jadinya malah Bijak sini - Bijak situ...

Perempuan Tangguh Dosen Unsika Menanggulangi Sampah

Diperbarui: 13 Maret 2019   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Evi Silvi, SE, MM. Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Unsika. Foto: dok Evi

Kompasiana - Berita viral pada pertengahan November 2018 lalu, dunia internasional dikejutkan oleh bangkai ikan paus sepanjang 10 meter terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Sampah plastik seberat 5,9 Kilogram ditemukan dalam perut ikan paus yang malang itu, diduga sampah plastik tersebut penyebab utama kematian mamalia yang masuk daftar hewan yang dilindungi itu. (Tautan)

Penyumbang sampah terbesar berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar di dunia nomor 2 setelah China, yakni mencapai 187,2 juta ton, China 262,9 juta ton per tahun. Di urutan ketiga adalah Filipina mencapai 83,4 juta ton diikuti Vietnam 55,9 juta ton per tahun. (Tautan)

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mencatat, setiap tahun sedikitnya sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di setiap kilometer persegi setiap tahunnya. Fakta itulah yang menasbihkan Indonesia menjadi negara nomor 2 dengan produksi sampah plastik terbanyak di dunia.

Bukti nyata Indonesia darurat sampah plastik. Laporan dan unggahan di medsos itu mengundang prihatin, terlebih bila benar terdapat sampah plastik yang keluar dari perut satwa. Ini menunjukkan betapa laut sangat tercemar dan mengancam banyak satwa, serta bisa mengganggu ekosistem.

Sampah Mengancam Manusia 

Tapi rupanya sampah juga jadi ancaman bagi manusia. Terutama sampah plastik yang hanyut terbawa air hujan atau melalui aliran air sungai yang bermuara di lautan menjadi ancaman serius bagi biota laut, kini menjadi ancaman nyata bagi manusia.

Sifat plastik yang sulit terurai di lingkungan, kemudian diikuti dengan pecahnya plastik karena paparan terik matahari serta kondisi fisik lingkungan, menjadi serpihan-serpihan plastik yang sangat kecil, dikenal sebagai mikroplastik.

Mikroplastik ini telah teridentifikasi mencemari hampir diberbagai wilayah laut Indonesia . Bahkan hasil riset terbaru dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melaporkan bahwa garam meja hingga ikan teri yang diambil dari perairan Indonesia juga telah tercemar mikroplastik. (Tautan)

Temuan itu sangat mengkhawatirkan, karena garam merupakan bumbu yang hampir dikonsumsi setiap hari oleh penduduk Indonesia. Bila ikan teri yang berukuran kecil saja telah terkontaminasi, diperkirakan ikan lain yang berukuran besar juga ikut terkontaminasi melalui rantai makanan.

Ujung dari rantai makanan adalah manusia. Didominasi sampah plastik rumah tangga.  Temuan cemaran mikroplastik dalam perairan Indonesia sebenarnya bukan sesuatu yang tidak diperkirakan sebelumnya, mengingat Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik ke lautan yang terbesar ke 2 di dunia setelah China.

Sampah plastik di lautan umumnya didominasi oleh sampah rumah tangga yang terbawa aliran sungai, seperti kantong plastik, botol minuman, kemasan makanan dan sejenisnya. Ironisnya, dari 20 besar sungai paling tercemar di dunia yang menyumbang sampah plastik ke lautan, 4 di antaranya ada di Indonesia. Sungai Citarum di Karawang Jawa Barat adalah juaranya. (Tautan)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline