Salah satu yang dilakukan seorang pelaku fraud adalah berfikir outside the box. Ketika seorang fraudster mempelajari mekanisme kerja, kelemahan SOP dan kontrol sehingga menjadi inovatif dalam menggali celah untuk mendapatkan keuntungan.
Hal ini akan sulit terdeteksi, bilamana fungsi dalam organisasi tidak aware dalam menjalankan aktivitas operasional. Terkadang justru celah sudah teridentfikasi namun seolah "ABAI" dan menjadi penyakit akut dalam organisasi yang kemudian baru tersadarkan setelah kerugian benar-benar terjadi.
Internal fraud hanya salah satu dari banyak ancaman yang dihadapi perusahaan. pelaku fraud (fraudster) memiliki banyak cara dalam melakukan kecurangan yang disengaja membuat sulit untuk terdeteksi. Selain itu, siapa pun dalam perusahaan juga memiliki potensi melakukan kecurangan terlepas dari jabatan, usia, jenis kelamin, ataupun masa kerja.
Ancaman kecurangan di internal akan berdampak pada kerugian semakin besar (magnitude), misalnya, ketika seorang karyawan melakukan tindakan kecurangan dengan mencuri dalam jumlah kecil dalam kurun waktu yang lama, maka sudah barang tentu akan mengurangi kemungkinan pelaku terdeteksi dan cenderung akan menimbulkan kerugian yang lebih besar (loss magnitude). Biasanya, pelaku akan terdeteksi dalam waktu cukup lama.
Banyak fraudster bekerja dalam perusahaan cukup lama. Hal ini memberikan kesempatan pelaku untuk mempelajari segala aktivitas dalam organisasi. Semakin dalam tahu, semakin dapat mengidentifikasi celah kerawanan, dan semakin leluasa mengeksploitasi.
Di sisi lain, lamanya seorang pelaku dalam posisi tertentu, dapat menjadi sesorang menjadi dipercaya bahkan di andalkan hingga mampu diberikan kewenangan tertentu dalam organisasi. Faktor senioritas pelaku dalam suatu organisasi sangat berkorelasi dengan ukuran kecurangan yang dilakukan.
Jika menelisik kejadian fraud yang melibatkan orang dalam (insider fraud) umumnya secara teknis tidak terlalu canggih. Namun lebih kepada memanfaatkan kewenangan dan kelengahan atasan atau rekan kerja untuk memuluskan aksinya.
Kejadian umum yang biasa terjadi terkait dengan pemalsuan tandatangan, dokumen fiktif, dan pemanfaatan atau penyalahgunaan kewenangan credential akses dalam perusahaan.
Untuk mengantisipasi kecurangan, budaya perusahaan menjadi kunci penting, agar dapat memastikan pencegahan berjalan on the track. Dimulai saat perekrutan karyawan, dimana perusahaan harus melakukan screening, background check, bahkan interview secara mendalam untuk memastikan bahwa merekrut seorang calon karyawan yang tidak saja memiliki kualifikasi administratif yang baik, tetapi juga integritas terbaik.
Namun yang menjadi persoalan adalah apakah integritas setiap karyawan akan sama saat pertama bergabung dengan perusahaan hingga berjalannya waktu? Ini pertanyaan yang harus menjadi konsen, tentu perubahan sifat atau sikap seseorang dapat terjadi seiring berjalannya waktu, sepanjang niat dan kesempatan hadir menyempurnakan tekanan individu yang mendorong pembenaran atas tindakan curang. Karena setiap individu memiliki sifat gelap dalam diri atau dark triad personality.
Sifat Gelap (Dark Triad Personality)