Lihat ke Halaman Asli

Heckmatyar Keiv

Mahasiswa Universitas Airlangga

Angka Pernikahan Turun, Gen Z: Terus Kenapa?

Diperbarui: 19 Juni 2024   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar pribadi: tiktok.com/@ini.iar

Angka Pernikahan Turun, Gen Z: Terus Kenapa?

Jumlah pernikahan di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Terakhir tercatat pada tahun 2023 lalu, mengutip dari kompas.id, data Statistik Indonesia 2024 dari Badan Pusat Statistik, angka perkawinan di Indonesia menunjukkan adanya tren penurunan. Pada 2023 tercatat setidaknya ada 1,5 juta perkawinan yang dilaporkan. Jumlah itu merupakan jumlah terendah dari laporan perkawinan dalam sepuluh tahun terakhir. Selain itu, rata-rata usia perkawinan di Indonesia juga semakin tua. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan, rata-rata usia perkawinan pada 2012 sekitar 20 tahun, sementara pada 2023 menjadi 22,3 tahun.

Reaksi Gen Z tentang fenomena ini

Generasi muda di indonesia khususnya Gen Z sudah semakin realistis dalam memandang pernikahan. Pernikahan tidak lagi menjadi prioritas. Ide bahwa setelah lulus kuliah kemudian bekerja, menikah dan punya anak, sudah tidak lagi menjadi ide yang ideal tentang konsep masa depan mereka. Mereka memilih untuk lebih fokus kepada karir atau pendidikan ketimbang menikah di usia muda. 

Selain itu, Orientasi generasi z terhadap pernikahan saat ini tidak hanya soal pemenuhan eksistensi diri, melainkan juga tentang beban finansial yang ditimbulkan setelah menikah. Harga-harga barang semakin mahal, sementara itu gaji UMR belum bisa menjamin kebutuhun mereka setelah menikah. 

Hal itu sejalan dengan opini seorang ekonom senior Chatib Basri terkait fenomena ini, "Kalau sepasang suami-istri bekerja dan punya pendapatan, lalu mereka punya anak, maka salah satu dari mereka harus berhenti bekerja demi merawat anaknya, lalu akan ada pendapatan yang hilang. Pendapatan itulah yang disebut sebagai pengorbanan alias opportunity cost demi punya anak, makin banyak pengorbanannya, anak muda jadi makin malas punya anak." Kata Chatib. 

Ekspektasi atau pun standar finansial setelah menikah di kalangan gen z terbilang cukup tinggi, terutama bagi kaum wanita. Hal itu sebabkan oleh konsumsi mereka terhadap konten-konten selebriti yang sudah kaya raya atau mapan saat menikah. Akibatnya, gen z menjadikannya sebagai standar yang harus dipenuhi sebelum menikah. Berbeda dengan konsep generasi sebelumnya tentang pernikahan yang mengatakan bahwa menikah dan memiliki banyak anak akan mendatangkan banyak rezeki. 

Tak sampai disitu, bahkan ada yang berusaha menormalisasikan "nunda nikah" tersebut: 

Disatu sisi, kesadaran gen z tentang kesiapan diri sebelum menikah memang suatu hal yang positif, baik kesiapan dari segi mental, emosional mau pun finansial. Namun disisi lain, apabila angka pernikahan ini terus mengalami penurunan, akan berdampak pula pada keseimbangan penduduk, artinya angka kelahiran akan berkurang dan akan berakibat pada berkurangnya jumlah penduduk. Ditambah lagi, banyak generasi z yang enggan memiliki anak (childfree) serta semakin maraknya perilaku penyimpangan seksual.

sumber:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline