Lihat ke Halaman Asli

Jangan Mau Jadi Pengusaha ataupun Berwirausaha!

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Judul yang tendensius setelah sekian lama tidak aktif menulis? Bisa jadi, tapi yang jelas saya sedang berusaha untuk meyakinkan banyak orang diluar sana bahwa pilihan untuk pindah dari kuadran kiri ke kuadran kanan (meminjam istilah Robert Kiyosaki) sebetulnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Memang kalau mau obyektif, menjadi pengusaha ataupun memutuskan untuk mulai berwirausaha dapat dilakukan semua orang dengan mudah, tapi yang ingin saya tekankan adalah... menjadi pengusaha yang berhasil itu tidaklah semudah yang dibayangkan.

Dalam dua tahun terakhir sudah tidak terhitung berapa banyak saya menemui orang-orang yang setelah bertahun-tahun menjadi profesional, mendapatkan gaji tetap setiap bulan, bonus di akhir tahun, THR dan berbagai benefit lain yang diberikan oleh perusahaan, tiba-tiba memutuskan berhenti bekerja didasari kebulatan tekad bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk merintis usaha sendiri.

Tidak bisa disalahkan juga, karena diluar sana banyak sekali buku-buku, artikel, maupun berbagai seminar atau pelatihan yang membakar (baca: memprovokasi) semangat berwirausaha setiap orang, khususnya bagi orang-orang yang setiap harinya masih berkutat di kuadran kiri.

Tapi yang mengganggu pemikiran saya adalah melihat betapa tingginya persentase orang-orang yang memutuskan melepas comfort zone untuk kemudian menjadi pengusaha ataupun mulai berwirausaha ternyata menemui kegagalan dan kemudian memutuskan untuk kembali menjadi profesional, kembali menjadi employee, dan kembali berkutat di kuadran kiri -- hanya dalam waktu setahun atau dua tahun setelah mengambil pilihan untuk menjadi pengusaha.

Kalau kembali ke pernyataan saya sebelumnya diatas, saya sepakat 100% kalau keputusan untuk menjadi pengusaha atau memulai berwirausaha itu relatif mudah untuk diambil, tapi yang paling sulit sebenarnya adalah berusaha untuk jujur kepada diri sendiri, "Apakah saya memiliki karakter atau kepribadian yang mendukung untuk menjadi pengusaha yang berhasil?"

Saya berpendapat hal inilah yang nampaknya agak kurang ditekankan dalam berbagai seminar atau pelatihan wirausaha yang banyak diselenggarakan di berbagai tempat. Tidak ada semacam sesi self-assessment untuk melihat secara lebih mendalam apakah para peserta memang memiliki karakter atau kepribadian yang mendukung untuk menjadi seorang pengusaha yang berhasil.

Nah, sebagai orang yang sebelumnya sudah pernah mengalami hidup di dua sisi kuadran, bahkan pernah pula mengalami pindah dari sisi kiri ke sisi kanan, kembali ke sisi kiri, dan kemudian kembali lagi ke sisi kanan (sampai dengan sekarang), saya ingin berbagi beberapa kepribadian atau karakter yang mutlak perlu dimiliki oleh setiap orang yang ingin menjadi pengusaha yang berhasil:

1. Integrity. Saya tempatkan ini di nomor satu karena tanpa integritas akan sangat mustahil menjadi pengusaha yang berhasil. Menjadi pengusaha yang kaya bisa diperoleh tanpa integritas, tapi menjadi pengusaha yang berhasil, yang memberikan manfaat dan membawa kebaikan kepada masyarakat sebagai suri tauladan, mustahil bisa diraih tanpa integritas yang tinggi.

2. Self Awareness. Banyak sekali orang yang terjun ke satu bidang usaha hanya karena tren atau melihat prospek keuntungan yang bisa diraih dalam jangka pendek, tanpa memperhitungkan apakah dirinya memang sungguh-sungguh memiliki passion terhadap bidang usaha tersebut. Untuk menjadi pengusaha yang berhasil, pengusaha yang inovatif, siap mengarungi derasnya arus persaingan usaha, setiap orang harus mengetahui secara pasti jawaban dari pertanyaan ini, "Apa yang menjadi passion saya?" -- dan kemudian berusaha meletakkan passion tersebut sebagai pondasi yang kokoh dalam membangun dan mengembangkan usahanya.

3. Persistent. Menjadi pengusaha tidak boleh cengeng. Orang yang bertekad bulat menjadi pengusaha harus sudah sejak awal mengantisipasi bahwa kegagalan akan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan untuk menjadi pengusaha yang berhasil. Ibarat seorang petinju, pukulan keras mungkin bisa saja membuatnya jatuh, tapi pukulan sekeras apapun tidak akan bisa menghalanginya untuk selalu bangkit lagi dan melanjutkan kembali pertarungannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline