Pariwisata adalah sektor yang paling awal terkena dampak pandemi Covid-19. Walaupun kurva penularan virus korona masih belum mendatar, pemerintah dan dunia usaha perlu menyiapkan langkah-langkah memulihkan sektor pariwisata.
Tidak lama setelah diketahui virus korona merebak di suatu tujuan wisata, segera berdatangan berita pembatalan kunjungan wisata. Bisnis hotel, perjalanan, restoran, dan jasa pariwisata lain mendadak menurun dengan cepat.
Organisasi Pariwisata Dunia, badan di bawah PBB, memperkirakan 96 persen dari semua tujuan liburan di dunia tidak bisa dikunjungi selama pandemi Covid-19.
Pada 2019, sektor pariwisata secara global menyerap 330 juta orang dengan total nilai tambah mencapai US$8,9 triliun. Pandemi Covid-19 menyebabkan turunnya nilai tambah sebesar US$2,7 triliun.
Jumlah tenaga kerja di sektor perjalanan dan pariwisata berkurang sebanyak 100 juta pekerjaan atau turun 31 persen dari tahun sebelumnya.
***
Di Indonesia, sektor pariwisata menyumbang Produk Domestik Bruto sebesar 4,80 persen pada 2019. Devisa dari sektor pariwisata mencapai Rp229,5 triliun pada 2018, yang diperoleh dari 16,1 juta jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
Sebagai catatan, jumlah itu kurang dari separuh jumlah kunjungan turis asing di Thailand yang mencapai 39 juta. Malaysia juga mampu menarik wisman sebanyak 27 juta kunjungan.
Sebelum pandemi terjadi, pemerintah menargetkan kunjungan wisman sebanyak 18,5 juta dan wisatawan nusantara (wisnu) sebanyak 312 juta orang pada tahun 2020 ini.
Penyerapan tenaga kerja dari sektor pariwisata ditargetkan sebanyak 13 juta orang.
Namun pandemi Covid-19 memaksa pemeritah menurunkan target tersebut. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menaksir wabah virus korona berisiko merugikan sektor pariwisata hingga US$4 miliar atau sekitar Rp54,6 triliun jika terjadi selama setahun.