Lihat ke Halaman Asli

[FAPI] Dari Lembah Pithecantropus Erectus Hingga Pesisir Grissee, Mimpi itu Telah (tak) Merupa Labirin

Diperbarui: 6 Juli 2015   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hidayanto Budi Prasetyo, No. 53.

  

Ia yang bergetar,  menceracau umur, sebab usia telah bergegas.  Di Pesisir Grissee ini, mimpi purba telah tak bercabang ranting, haruskah diekskavasi untuk ketahui sesungguhnya diingini? Mungkin telah merupa lanyrinth, tapi sekarang tak, sebab telah menuju muara? Bukankah yang melewati lembah Pinthecantropus Erectus, mengalir sampai jauh, bermuara di Pesisir Grissee ini? Mungkin telah seliku alurmu. Tapi, hei, akulah kini yang menjaga betapa mimpi-mimpi itu dilarungkan dan kusaksikan ia telah tua dan segera cemplung ke segara?

 

Mimpi-mimpi lampau mungkin telah menjilma sebagai anak-anak kunci yang diseret kesana kemari. Menikmati semua derita ketika mencari pintu-Mu ataukah berlagak menderita saat membuka pintu nikmat-Mu? Wahai. Ampuni aku, atas semua yang telah kuingini dalam mimpi-mimpi, sebab telah kujelajahi laut kemungkinan yang ada, sebelum surut merenggut kesempatan berlabuh tanpa rasa takut pada maut dan linangan air mata.

 

Telah tak ada mimpi kecuali yang kini dijalani disyukuri, sebab telah tak di sembarang perempuan, berharap kelak tuntas, begitu nikmat panen, begitu lezat memanen usia : abang di gandengan adik di gendongan, begitu hakikat memanen usia :  di dinding-dinding itu tercatat rupa-rupa lucu dan lugu senyum cupu --- teduh mimpi itu menyempurnakan  utuh usia. 

 

Mungkin aku belum berdiri tegak di bumi tempat berpijak, tapi ijinkan aku, Tuhan, sempurnakan semua jejak.

 

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline