Lagi trending perselingkuhan, bagi yang belum nikah mental aman?
Akhir-akhir ini lagi maraknya berita perselingkuhan. Terkuak, tidak hanya satu gender saja. Kedua gender yakni laki-laki dan perempuan pun terlibat dalam kasus perselingkuhan.
Melihat hal ini, tidak bisa dipastikan bahwa perselingkuhan lebih banyak di lakukan oleh salah satu gender saja. Tidak bisa ditentukan, perselingkuhan lebih banyak dilakukan oleh laki-laki saja. Atau sebaliknya perselingkuhan lebih banyak dilakukan oleh perempuan saja.
Keduanya pun sama.
Intinya, perselingkuhan dilakukan dari dasar niat pribadi seseorang. Mau itu wanita, mau itu laki-laki pada intinya dia melakukan perselingkuhan itu atas dasar kemauan pribadi. Karena bagaimanapun perselingkuhan dilakukan dengan kesadaran.
Sudah menikah, berikrar janji suci pun ternyata masih bisa mengingkari. Apakabar dengan yang belum menikah? Masihkah percaya dengan cinta? Terkadang penilaian sekilas mengakibatkan timbulnya stigma buruk terharap suatu hal. Menilai bahwa laki-laki itu sama atau menilai bahwa perempuan itu sama semua. Padahal nyatanya tidaklah demikian.
Terlepas dari banyaknya kasus perselingkuhan, akan tetapi dalam satu dunia ini pastilah ada yang masih tetap setia. Coba tengok kisah nabi Muhammad SAW. Beliau tetap setia dengan Khadijah sampai Khadijah meninggal. Adapun pernikahan setelah sepeninggalan Khadijah, itu bukan karena kemauan nabi melainkan karena risalah.
Kesetiaan pun dilakukan oleh manusia biasa, meski ia bukanlah sosok nabi. Kita tengok kisah Habibie dan Ainun. Hanya maut yang bisa memisahkan mereka berdua. Bahkan sampai ibu Ainun meninggal pun, pak Habibie masih tetap setia.
Lantas, kita beralih kepada kisah lain yakni kisah rumah tangga bapak Susilo Bambang Yudoyono dengan istrinya (ibu ani yudhoyono). Bapak SBY tetap setia hingga saat ini. Bahkan setelah sepeninggalan bu Ani pun beliau hingga kini belum menikah kembali. Kisah yang disebutkan tadi hanyalah cuplikan dari beberapa kisah.
Masih banyak manusia yang setia dengan satu pasangan di muka bumi ini. Terlalu sempit, jika kita mengartikan bahwa semua orang itu sama. Jangan dipukul rata, sebab semua memiliki kepribadian dan watak yang berbeda-beda. Tugas kita adalah menelusurinya lebih detail, supaya jangan sampai menyesal diakhir nanti.
Berbagai cara dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan orang tersebut, baik itu dari sifat asli, pola pikir, kepribadian, watak, silsilah keluarga, pergaulan dan lain sebagainya.