Lihat ke Halaman Asli

Dalang Dalam Wayang

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hukum Dalang:
Wayang akan tetap diam jika tak ada dalang yang menggerakkan!

Lalu para wayang itu masuk ke dalam biliknya
Jemari lentik di ujung selendang; menari sesaat dan lunglai di lantai
Mereka dipaksa menari, mereka tak mengerti
Dalang terus melantunkan kidung bagi w/ayang-w/ayangnya.

#

Malam itu, Dalang sedang sakit tapi pertunjukan tak bisa dibatalkan.
Di balik bilik jeda, semua wayang mulai membaca skenario dan menghapal dialog masing-masing.
Dedes –tokoh figuran dalam pertunjukan ini- tiba-tiba berdiri di depan sana
Lengannya menggenggam belati dan mengacungkannya pada sesuatu di hadapannya
Dari sudut sebelah sana Arjuna melepaskan anak panah ke arah Dalang
Manik-manik menitik, melayang jatuh menimpa lantai menciptakan ketegangan jam dinding
Dalang tersungkur; tergeletak pasrah dengan anak panah tertancap di dadanya.

Cahaya merah lantas nyala!

Shinta pun keluar dari biliknya dan dikibaskannya sampur
Sepercik memori kembali melayang pada episode angkara di ujung malam
Saat-saat ketika Dalang mengeluarkan w/ayang-w/ayangnya dari lemari
Dengan wajah merona; membaringkannya di ranjang dan gemetar melepas pakaian
Lalu berkata: Malam ini giliran kamu tidur denganku, Shinta!

Murka!

Telah ia lipat referensi itu; gairah perempuan pada gemulai
Telah ditariknya belati tumpul dari sarungnya
Ketika cahaya seperti petir menyalak di kegelapan pentas
Dedes dan Shinta telah sepakat satu kata:

ti…….. kam….

ti…. kam….

t……. i………. k……..a………….m

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline