Lihat ke Halaman Asli

Hayyu Shafa Nur utami

Jangan untuk menyerah

Sebuah Kisah Dimana Kau dan Aku Tak Akan Pernah Menjadi "Kita"

Diperbarui: 7 Oktober 2021   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam sebuah kisah memang tertulis namamu dikehidupanku, namun kisah itu bukanlah kisah cinta yang indah. Kau dan aku bertemu karena sebuah kesengajaan tetapi penuh dengan ketidaktahuan saat itu. Bahkan dengan bodohnya aku, aku mengira dirimu adalah orang lain. Lucu memang apabila kembali mengingat moment itu. Tetapi dari kebodohanku itulah aku bisa mengenal dirimu. Sosok lelaki yang dingin, yang tidak banyak bicara dan tersenyum hanya seperlu dirimu saja. Namun dimataku, kamu orang yang tidak bosan untuk dipandang. Dengan kecerobohanku, lagi-lagi aku terkaget saat aku mencuri-curi pandang kearahmu, dan ternyata saat itu kamu juga melihat kearahku. Benar-benar malu saat itu. Bahkan aku merutuki diriku sendiri, kenapa bisa-bisanya sebodoh itu.

Hari demi hari terus berlalu, dan bahkan entah bagaimana caranya kita menjadi semakin dekat. Bertukar pesan melalui aplikasi merah muda yakni instagram, bahkan saat bertemu langsung, kita saling menyapa dan senyum yang merekah. Satu hal yang menjadi favoritku saat ada didekatmu, ternyata kamu tak sedingin itu, kamu orang yang baik, hangat bahkan kamu orang dengan senyuman yang indah. Dan ya, hal itu membuat aku menyukai dirimu.

Sampai pada akhirnya, aku tidak bisa lagi berpura-pura bahwa aku hanya sekedar nyaman didekatmu. Aku mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan apa yang aku rasa terhadap seseorang yang telah mengisi hariku. Aku tahu, akan banyak konsekuensi apabila aku melakukannya, bahkan aku telah siap apabila nantinya kamu membenci diriku. Tapi, aku hanya ingin sesosok lelaki dingin ini tahu, bahwa ada seseorang yang menyukainya, yang siap berada di sisinya sampai kapanpun, yang akan selalu mendengarkannya, yang selalu akan menjadi bahu untuk bersandar entah sampai kapanpun itu.

Melalui sebuah lagu favoritku, aku mengungkapkan perasaanku. Memang besar harapanku saat itu, namun ternyata semesta berkata lain. Kamu mengatakan bahwa dirimu tidak bisa. Dan awalnya aku mengatakan apapun yang aku rasain ya itu menjadi urusanku. Itu hakmu, dan perasaan ini juga hakku. Aku tak akan pernah memaksamu untuk terus ada untuk diriku, atau bahkan memaksamu jatuh cinta dengan sesosok wanita yang memiliki banyak kekurangan layaknya diriku. Aku hanya ingin kamu bahagia dengan hidupmu, bertemu dengan seseorang yang akan kamu cintai nantinya, bertemu dengan orang-orang yang memang ditakdirkan untuk dirimu, dan teruslah menjadi sesosok yang aku sebut lelaki dingin ini sampai kapanpun.

Aku memang belum bisa untuk berhenti menyukaimu, namun akan terus aku coba sampai aku benar-benar melupakan dirimu. Dan dengan tulisan ini, adalah awal bahkan akhir aku menggoreskan tulisan tentangmu didalam kisahku. Terimakasih telah hadir didalam kehidupanku, yang telah kau isi dengan keceriaan, rasa jatuh cinta sekaligus rasa sakit.

Tak apa, memang karena awalnya, kau dan aku tak akan pernah menjadi “kita”. Namun dengan kisah yang singkat ini, aku harap kamu bisa menemukan kebahagiaan lain, dan dengan tulisan ini, izinkan aku pamit untuk menjadi seseorang yang menyukaimu. Anggap aku selayaknya teman, sahabat, adik apapun itu. Kamu sesosok orang yang baik, dan aku yakin kamu akan menemukan seorang yang kamu cintai nantinya. Tetap bahagia ya, lewatin apapun tantangan yang ada di depan, aku tahu bahwa lelaki dingin ini bisa melewatinya.

Salam, Sunflower.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline