Lihat ke Halaman Asli

Momo “Geisha” Menggairahkan Peterpan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sudah sepuluh tahun lebih, band Peterpan menghiasi blantika dunia musik kita dengan hentakan instrumen musik yang mereka hasilkan. Akan tetapi semenjak sang vokalis tersandung kasus yang melibatkan Luna Maya, pamor band ini seolah meredup karena sang vokalis harus tertidur di kampus biru untuk beberapa waktu (sekarang sang vokalis sudah bebas). Fakta yang melibatkan salah satu organisasi yang memiliki andil dalam penjeblosan sang vokalis cukup menarik untuk dicermati—dimana dalam hal ini tidak akan dibahas. Bisa dikatakan, dari sini band Peterpan “telah” pupus.

Menurut saya ada satu hal yang membuat kekuatan band ini mulai menemukan performanya kembali. Tidak lain hal ini dikarenakan munculnya sosok vokalis cantik Momo “Geisha”—dia adalah sang Mother yang ikut dalam merangsang kekuatan band Peterpan untuk bangkit dari hibernasinya.

Tiga Pisau Tajam T.W Adorno.

Momo “Geisha” memaksa saya untuk menggunakan 3 pendekatan yang telah dicetuskan oleh Adorno—salah satu pemuka & filsuf Madzhab Frankfrut—untuk menganalisis gejala-gejala ini. Pertama (1), Penstandaran Musik/Lagu Pop. Menurut Adorno, penstandaran ini meliputi dari segi yang paling luas seperti: kesuksesan hits-hits yang dikeluarkan oleh band Peterpan sepuluh tahun terakhir memaksa pihak industri musik untuk, secara paksa mengeksploitasi hits-hits tersebut sehingga kita sebagai “penikmat dan fans” band Peterpan akan jenuh. Dari segi sempit dapat dilihat seperti: pengarasnsemenan ulang lagu tertentu, sehingga lagu tersebut akan tampak baru dan kita sebagai konsumen merasa seoalah-olah baru pertama kali mendengarkan lagu tersebut. Hal ini dikarenakan adanya repertoir (simpanan) lagu-lagu Peterpan dalam alam bawah sadar yang entah kapan telah kita serap dan kita lupakan.

Untuk itu, lagu-lagu tersebut akan tampat selalu enak dan nikmat, bahkan cenderung merangsang kita untuk sesegera mungkin menikmatinya. Contoh realnya dapat dilihat pada diri Momo “Geisha” yang menyanyikan ulang lagu band Perterpan—judul lagu ini adalah Cobalah Mengerti. Meskipun dalam membawakan lagu ini Momo “Geisha” tidak bersama Ariel, tetap saja sosok Peterpan mampu memberikan rasa Ariel sebagai sang vokalis. Sehingga saya dapat mengatakan bahwa efek pseudo-individualisasi yang dicetuskan Adorno telah menjangkiti kita. Efek ini berupa kebosanan kita akan lagu “Cobalah Mengerti”-nya Peterpen karena adanya efek penstandaran tadi, akan tetapi karena disitu ada sosok Momo “ Geisha” , lagu tersebut akan tampak selalu baru bagi kita. Singkatnya, penstandaran tadi akan mengakibatkan lagu Cobalah Mengerti-nya Momo “Geisha” akan terasa seperti Cobalah Mengerti-nya Ariel Peterpan.

Kedua (2), Musik/Lagu Pop (lagu “Cobalah Mengerti”) Mendorong Pada Pendengaran Pasif. Analisis kedua ini mau tidak mau kita harus menengok kecerdikan para kapitalis dan aktifitas kapitalismenya. Pandangan kedua ini mengatakan bahwa hidup dalam kapitalisme tersebut membosankan. Hal ini menuntut bagi konsumen untuk mencari waktu luang dan kenyamanan dalam menghilangkan kebosanan tersebut. Sebagai obat, waktu luang tersebut dapat ditemukan dalam diri lagu Cobalah Mengerti-nya Momo “Geisha”—karena kita sudah tidak mungkin lagi mendengarkan lagu tersebut dinyanyikan oleh Ariel. Kenapa kita tidak mendengarkan musik yang lebih ‘serius’? Karena kita sebagai konsumen musik sudah tidak mau befikir lebih jauh. Kita hanya bisa mengkonsumsi. Secara sederhana, dapat dikatakan, bahwa kita telah menjadi pendengar pasif.

Meskipun begitu, kepasifan ini tidak bersifat abadi, artinya: bahwa ketika kita sudah bosan dengan trik dan intrik kapitalisme, kita mencoba untuk mencari waktu luang / obat dalam mengatasi kejenuhan ini berupa aktifitas mengkonsumsi lagu Cobalah Mengerti-nya Momo “Geisha”. Obat inipun lama-kelamaan juga akan menimbulkan kebosanan, sehingga kita mencoba terus untuk mencari obat lain untuk mengatasi kebosanan akan lagu Cobalah Mengerti ini. Lingkaran kebosanan tiada henti inilah yang akan selalu kita alami, selama kita belum bisa menemukan simpul-simpul terdalam lingkaran tersebut.

Ketiga (3), Adorno mengatakan bahwa: Musik/Lagu Pop Berfungsi Seperti Semen Sosial. Sederhananya poin ketiga ini dapat saya katakan, bahwa lagu Cobalah Mengerti-nya Momo dan Ariel menuntut pada diri konsumen untuk mengadakan penyesuaian, yaitu penyesuaian antara ideologi lagu Cobalah Mengerti dengan keadaan psikologis kita sebagai diri konsumen.

Demikianlah kiranya, bahwa, kenapa setiap lagu di blantika musika kita, lagu-lagu pop akan selalu terasa enak didengar meskipun telah ‘basi’? Disinilah peran industri musik dalam memberikan bungkusan pada nasi yang tidak layak dimakan. Meskipun begitu, pada lagu-lagu yang lebih ‘serius’, seperti: Bethoveen, Indonesia Raya, lagu etnografis seperti Rayuan Pulau Kelapa dll sangat sulit untuk dibungkus. Artinya bahwa lagu-lagu ‘serius’ tersebut akan selalu memiliki akar yang dalam, karena efek dan makna yang ditimbulkan akan selalu lebih besar daripada makna yang ditimbulkan musik-musik pop (dengan tidak mengatakan musik pop tersebut bersifat jelek dan juga bukan berarti saya sedang mereduksi fakta-fakta yang ada di hadapan saya).

Yogyakarta-Ngawi, 04 Agustus 2012.

NB:

Pembahasan secara lebih detail tentang pendapat T.W Adorno tersebut dapat dilihat dalam buku John Storey dengan Judul “Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop” Terbitan Jalasutra, halaman 117 – 142.

Musik Pop dapat diartikan secara singkat, bahwa lirik-lirik dalam musik tersebut bersifat biasa, akan tetapi karena lirik-lirik tersebut mampu untuk memberikan efek uforis yang berlebihan maka lirik-lirik tersebut selalu ‘tampak’ indah dan nikmat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline