Lihat ke Halaman Asli

Dampak Globalisasi Ekonomi Terhadap Negara Berkembang

Diperbarui: 22 Maret 2024   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi, negara-negara berkembang dihadapkan pada persimpangan jalan. Di satu sisi, globalisasi membuka gerbang peluang yang tak terbatas untuk pertumbuhan ekonomi dan kemajuan. Di sisi lain, persaingan global yang semakin ketat dan perubahan teknologi yang pesat menghadirkan tantangan yang tak kalah besar. negara berkembang telah menjadi aktor utama yang tidak dapat diabaikan.

Negara-negara berkembang, yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang besar, berada di garis depan perubahan ini. Mereka menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan global, sambil memanfaatkan peluang yang ada dan mengatasi tantangan yang menghadang. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara-negara berkembang harus merumuskan strategi yang efektif dan fokus pada kepentingan jangka panjang.

Pengertian 

secara sederhana globalisasi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana semakin banyak negara yang terlibat dalam kegiatan ekonomi dunia. Globalisasi ekonomi mengacu pada proses integrasi dan saling ketergantungan kegiatan ekonomi antar negara di seluruh dunia. Dari sisi ekonomi proses globalisasi merupakan perubahan fundamental atau struktural dalam perekonomian dunia yang terus berlanjut dengan laju yang semakin pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Perkembangan ini telah meningkatkan tingkat ketergantungan antarnegara dan juga meningkatkan persaingan antarnegara, tidak hanya dalam perdagangan internasional, tetapi juga dalam kegiatan investasi, keuangan, dan produksi.

Dampak globalisasi ekonomi terhadap negara berkembang 

Menurut teori perdagangan internasional, perdagangan bebas antarnegara memiliki potensi untuk memberikan manfaat bagi setiap negara melalui spesialisasi produksi komoditas yang mereka unggulkan. Namun pada kenyataannya, teori ini tidak selalu menghasilkan kemakmuran bagi semua negara yang terlibat. Dampak globalisasi ekonomi terhadap perekonomian suatu negara dapat bersifat positif atau negatif, tergantung pada sejauh mana negara tersebut siap menghadapi peluang dan tantangan yang muncul dari proses globalisasi.

Secara umum, ada empat wilayah utama yang pasti akan terpengaruh oleh globalisasi ekonomi:

  • Ekspor dan Impor.

Dampak positif dari globalisasi adalah meningkatnya ekspor atau pangsa pasar dunia suatu negara. Namun dampak negatifnya justru sebaliknya. Suatu negara dapat kehilangan pangsa pasar dunianya, yang selanjutnya berdampak negatif terhadap volume produksi dalam negeri, pertumbuhan PDB, peningkatan jumlah kemiskinan, dan tingkat kemiskinan. Belakangan ini, Indonesia mengalami penurunan peringkat di pasar dunia untuk sejumlah produk yang sebelumnya menjadi andalannya, baik dalam sektor manufaktur seperti tekstil, pakaian jadi, dan sepatu, maupun sektor pertanian seperti kopi, cokelat, dan biji-bijian. Hal ini merupakan tanda yang tidak baik dan perlu mendapatkan perhatian serius dari dunia usaha dan pemerintah Indonesia. Jika tidak ditangani dengan serius, Indonesia berisiko terpinggirkan dari pasar dunia untuk produk-produk tersebut di masa depan.

Sedangkan Dampak negatif dari globalisasi ekonomi adalah peningkatan impor, dan jika impor tersebut tidak dapat dibendung karena rendahnya daya saing produk-produk dalam negeri, maka ada kemungkinan pasar domestik sepenuhnya dikuasai oleh produk-produk impor. Belakangan ini, terjadi ekspansi produk-produk dari Cina ke pasar domestik Indonesia, termasuk kunci inggris, jam tangan tiruan, dan sepeda motor. Ekspansi barang-barang Cina tersebut tidak hanya terjadi di toko-toko modern, tetapi juga sudah masuk ke pasar-pasar rakyat di pinggir jalan.

  • Investasi

Liberalisasi pasar keuangan global yang memungkinkan aliran modal bebas antar negara memiliki dampak yang berpengaruh terhadap arus investasi bersih ke Indonesia. Jika daya saing investasi di Indonesia rendah, yang berarti iklim investasi dalam negeri tidak kondusif dibandingkan dengan negara-negara lain, bukan hanya arus modal masuk ke dalam negeri yang akan berkurang, tetapi juga modal investasi domestik akan meninggalkan Indonesia. Akibatnya, modal neraca dalam neraca pembayaran Indonesia akan menjadi negatif. Kurangnya investasi juga berdampak negatif terhadap pertumbuhan produksi dalam negeri dan ekspor.

Sejak krisis ekonomi 1997/1998, aliran Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia cenderung menurun dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Bahkan dalam kelompok ASEAN, Indonesia menjadi negara yang paling tidak menarik bagi PMA karena beberapa alasan, seperti lingkungan investasi yang kurang menarik bagi investor asing, masalah keamanan dan jaminan hukum, serta kelemahan insentif, terutama insentif fiskal, untuk investasi baru. Sementara itu, Vietnam menjadi sangat menarik bagi investor asing, karena selain tenaga kerja yang disiplin dan murah, pemerintah Vietnam memberikan fasilitas pembebasan pajak (tax holiday) bagi investasi baru.

  •  Pergerakan Tenaga kerja
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline