Lihat ke Halaman Asli

hayiedasnh_

Mahasiswa

Meningkatkan Metode Pengajaran untuk Membentuk Karakter pada Anak SB At-Tanzil Cheras

Diperbarui: 16 Februari 2024   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : Penulis

Sepanjang sejarah, pendidikan selalu bertujuan untuk dua hal: membantu orang menjadi cerdas pintar dan baik. Menjadikan orang cerdas dan pintar tampaknya mudah. Namun, membuat orang menjadi baik dan bijak tampaknya jauh lebih sulit, atau bahkan sangat sulit. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengatakan bahwa masalah moral adalah masalah jangka panjang atau masalah akut yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Pendidikan karakter diperlukan untuk meningkatkan kualitas moral dalam kehidupan manusia di Indonesia, terutama di kalangan siswa. Sekolah harus melakukan apa yang harus mereka lakukan untuk menanamkan dan mengembangkan prinsip-prinsip positif dan membantu siswa membentuk dan membangun karakter mereka.

Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian yang seperti itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Setelah melewati tahap anak-anak, seseorang memiliki karakter dan cara yang dapat diramalkan bahwa karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya (Kevin Ryan, 1999:5). Sedangkan menurut Sudrajat (2010) pendidikan karakter adalah suatu proses pengajaran budi pekerti kepada warga sekolah yang meliputi bagian informasi, perhatian atau kesiapan, dan kegiatan untuk melaksanakan sifat-sifat tersebut, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, orang lain dan identitas dengan tujuan agar mereka menjadi manusia.

Pada minggu kedua ini kami memberikan materi yang berkaitan dengan karakter. Materi ini kami berikan agar anak tidak hanya belajar tentang materi pembelajaran tapi belajar mengenai karakter juga. Penyampaian materi karakter ini kami menggunakan Pancasila sebagai mata pembelajarannya, dimana seperti kita ketahui didalam Pancasila memiliki nilai-nilai karakter yang sangat luar biasa. Pancasila yang digambarkan dengan lambang seekor Burung Garuda memiliki makna yaitu sebuah sumber kekuatan. Selain itu, dengan warna emas yang ada pada Burung Garuda tersebut memiliki makna sebagai simbol kemuliaan. Pada pembelajaran ini kami menggunakan sebuah kertas hvs dimana didalam kertas tersebut terpampang gambar Burung Garuda yang masih belum diwarnai dan tugas dari anak-anak tersebut ialah mewarnai Burung Garuda tersebut sesuai dengan kreativitas mereka.Setelah anak mewarnai Burung Garuda kami mengajak anak-anak untuk memperhatikan papan tulis karena dipapan tulis terdapat gambar Burung Garuda yang dilengkapi dengan sila-sila Pancasila. Kami menyuruh anak-anak untuk membacakan dan kami menjelaskan masing-masing dari sila tersebut hal ini kami lakukan agar anak-anak lebih paham mengenai sila-sila di dalam Pancasila.

Sila Pertama, yang berisi tentang "Ketuhanan Yang Maha Esa" kami realisasikan  melalui pelaksaan kewajiban kita sebagai umat muslim untuk melaksanaan ibadah. Tidak hanya itu kami juga mengajarkan anak untuk menghormati dengan guru dan juga teman temannya. Sila Kedua, yang berisi tentang "Kemanusiaan yang adil dan beradab" disini kami mengajak anak-anak untuk melakukan tindakan "Stop Bullying" dimana tindakan ini sesuai dengan butir-butir yang ada didalam Pancasila yang memperlakukan teman sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Sila Ketiga, yang berisi tentang 'Persatuan Indonesia" dimana setiap harinya kami memutarkan lagu-lagu Kebangsaan dan Nasional agar anak mempunyai rasa cinta tanah air dan bangsa. Sila Keempat, berisi tentang "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan" pengimplementasian pada sila ini kami lakukan untuk tidak memaksakan kepada anak ketika meminjam barang kepada temannya dan selalu mengucapkan terima kasih setelah meminjam barang yang dipinjam serta tidak menggunkan barang teman ketika tidak mendapkan izin. Dan Sila Kelima, berisi tentang "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" disila ke lima ini kami selalu mengingatkan kepada anak agar tidak membeda-bedakan teman berdasarkan ras/suku dan warna kulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline