Lihat ke Halaman Asli

Bukan Ahok Lawan Ridwan Kamil dalam Pilkada DKI

Diperbarui: 9 Februari 2016   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ridwan Kamil sosok elegan yang memiliki kharisma tersendiri, background Ridwan Kamil sendiri adalah seorang arsitek. sebagian dari kita mungkin mengetahui karya / design dari Ridwan Kamil. dalam hal penataan kota Surabaya pun Ridwan Kamil ikut melibatkan diri.

dalam akun facebooknya Ridwan Kamil menulis dengan 'iseng survey popularitas. Mengapa saya sebut popularitas, karena dalam 'isengnya tersebut Ridwan Kamil menyasar seluruh wilayah di Indonesia. bukan hanya bandung, karena apabila di Bandung ( provinsi Jabar.) Ridwan Kamil sudah mencapai titik popular, dan bukan juga DKI Jakarta. karena di DKI Jakarta pun Ridwan Kamil sudah merasa cukup populer.( populer di DKI Jakarta karena media mengangkat beberapa karya fenomenal di bidang arsitektur.)

dalam survey iseng kepopuleran facebook Ridwan Kamil tersebut, di luar dugaan menuai apresiasi yang sangat baik. data membuktikan melesatnya penyuka. seperti saya sebut di atas, sasaran Ridwan Kamil adalah seluruh wilayah Indonesia. inilah yang saya sebut, bukan ahok lawan dari Ridwan Kamil.

Basuki Tjahaya Purnama.( ahok ), seorang politikus yang blak-blakan dan apa adanya, sebagian orang menyebut Ahok adalah kutu loncat, mungkin kutu loncat yang beruntung. Menurut saya seorang kutu loncat pun membutuhkan keberuntungan, sangat banyak sekali kutu loncat yang bernasib kurang baik,( terlempar dari perpolitikan )

kita tentu tidak akan menafikan pilkada DKI Jakarta 2012 bahwa Jokowi - ahok adalah pasangan yang sangat fenomenal. namun tentu fenomena popularitas tersebut ada pada diri Jokowi, bukanlah ahok.karena ahok sendiri sebelumnya tidak seperti Jokowi yang memang sudah menjadi fenomena di saat menjabat sebagai walikota solo.

di saat Jokowi menjadi RI 1, di sinilah ahok bisa meneruskan popularitas tersebut,( Gaya kepemimpinan, kecuali tutur kata.) inilah kelebihan ahok, bukan hal mudah meneruskan popularitas seorang maestro seperti Jokowi. dan hal ini patut kita apresiasi.

kekurangan ahok sendiri masih terlihat di berbagai sisi. menurut saya ahok masih harus bisa meng'intensifkan komunikasi antara dirinya dan para pejabat pemprov DKI Jakarta. karena seringkali terjadi tidak adanya sinkronisasi kalimat untuk menghadapi suatu masalah, dalam arti ahok bilang A pejabat dalam lingkunganya mengatakan B.dan pejabat lainya mengucap C, Inilah yang harus di perbaiki ahok,harmonisasi sesama eksekutif.semisal contoh kasus Korupsi UPS, inspektorat dan Sekda, yang notabene adalah pejabat penting di pemerintahan hingga kehilangan kontrol atas anggaran. atau pelolosan anggaran siluman, suatu bukti terjadinya miskomunikasi.

lalu kekurangan lainya ahok adalah tidak harmonisnya hubungan dengan legislatif dan yudikatif. ahok harus memperbaiki ini, terlepas sikap ahok yang terlihat arogan, namun tetaplah penting menjaga keharmonisasi antar lembaga, patut kita cermati, selepas Jokowi naik menjadi RI 1, kontradiksi antar lembaga di DKI Jakarta sangat tinggi.terbukti Mendagri hingga Presiden Jokowi harus turun tangan untuk melerai miskomunikasi tersebut.

Dua kekurangan di atas haruslah menjadi perhatian ahok untuk dapat kembali bersaing dalam pilkada DKI Jakarta 2017. Apakah jika ahok tidak memperbaiki hal tersebut menjadi sulit bersaing, tentu tidak, karena masyarakat Jakarta berisikan kaum urban yang cukup cerdas untuk memilih pemimpin, parameter Jokowi dalam pilkada DKI Jakarta 2012 bisa menjadi acuan.

melihat survey iseng Ridwan Kamil dalam facebooknya, penulis ( saya ) menyimpulkan, ahok bukanlah lawan dari Ridwan kamil. kecenderungan survey iseng tersebut mempunyai bobot apa yang di namakan ' voice for all, apa yang di lakukan Ridwan Kamil, apabila menggunakan parameter analisa horizontal popularitas politik, jelas bukan DKI 1 yang di sasarnya, terlebih lagi dengan tambahan bobot investasi arsitektur dirinya di berbagai daerah. maka kemungkinan besar RI 2 lah yang akan menampilkan Ridwan Kamil mendampingi Jokowi di 2019, tentu setelah mencicipi kursi Jabar 1.

Mengingat peta politik di Indonesia yang bisa sangat cepat berubah, ( politik wira-wiri.) segala kemungkinan masih bisa terjadi.namun khusus untuk analisa Ridwan Kamil saat ini, mungkin saja sebuah rencana besar di 2019 tengah di persiapkan, atau bisa juga rencana medium 2017, ( pilkada DKI ) mengingat Cyrus network ( lembaga survey Jokowi-ahok ) yang melakukan survey pada akhir 2015,di mana Cyrus network menempatkan Ridwan Kamil dengan 38% populis.Mengumpamakan margin eror 10% pun, ini merupakan sebuah fenomena baru, sedang ahok masih di bawah 50%, ( incumbent seharusnya di atas 50%)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline