Lihat ke Halaman Asli

Aku Gamang Menapak di Negriku Sendiri

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deruan suara motor melejit meninggalkan jalanan, mengiringi kepiluan ku. hembusan sang angin mengeringkan genangan air mata ku. seolah menyapu lembut hatiku yang sedang menggundah. kaki ku gontai dan melemah dalam tapakan, dadaku sesak menahan kepiluan muka ku muram menahan tangis, ceria ku hilang. saat ini aku merasa sedang hidup di negri yang entah berantah. hidup terasing dan tak berkawan. tiada lagi simbiosis mutualisme,  semua sendiri. berjuang atau menikmati, menderita atau bahagia, tiada berbagi. memoriku menerawang pada kehidupan ku kala  di negri orang, ranah perantauan. jiwa ku lebih kuat, kakiku lebih kokoh dan raga ku tak gontai menerpa kehidupan ini. kala coba menepis, rejeki mengering aku bahkan semekin kuat dan bersemangat untuk lebih memperjuang kan segala mimpi dan kebutuhan. aku merasa bisa hidup lebih ceria disana. ya mungkin karna aku tau betul jika diranah rantau nun jauh itu tak ada tempat ku bergantung selain pada khalik, aku tahu betul disana tak ada ayah,ibu, kakak, adik, abang, om dan tante dan kesadaran inilah yang membuat ku begitu mandiri dan tak mengeluh. namun hari ini sangat berbeda, kini aku menapak di negri ku sandiri dimana kediaman sanak saudara ku bertengger indah di negri ini, sebutsaja ranah lancang kuning disinilah keluarga besar ku berdikari indah dan kini aku juga menapaki nya, pagi ini aku berusaha menegarkan diri untuk tidak mengadukan keluh kesahku pada siapapun, aku mencoba setegar, setegar kala aku di perantauan, namun nyatanya hati ku mulai mellow, galau tak menentu dan kini dengan deruan motor yang melejit kencang serta bersanding kan hembusan angin air mataku mengukir indah di wajah ku. aku coba mengadu pada kakanda yang ku fikir akan sedikit memberi solusi namun nyatanya aku pulang tanpa solusi. kini manusia telah sibuk dengan jiwa masing-masing ya.....  seperti ku bilang tak ada lagi simbiosis mutualisme dan ini membuat ku benar-benar gamang menapak di negri ku sendiri. aku merasa banyak tempat bertenggang rasa namun semua nihil, dan yang terlebih mebuat ragaku berguncang hebat, menahan sesak dalam kesedihan semua, karna yang di harapkan disini terlalu banyak namun dengan kealfaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline