Hadis yang berbunyi "Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok". Dalam hadis ini mengandung pesan yang mendalam menganai keseimbangan dalam hidup. Sebagai umat muslim, kita diajarkan untuk tidak hanya berfokus pada dunia atau akhirat secara ekstrim, tetapi untuk menghadapi dengan sikap yang seimbang dan bijaksana. Hadis ini sering dikutip daro berbagai sumber seperti kitab-kitab tafsir, yang mengajarkan kita tentang pentingnya memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada dalam menyeimbangkan duniawi dan ukhrawi.
Bekerja untuk Dunia
Dunia adalah tempat kita beraktivitas, berusaha, dan mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk menjauh dari dunia atau mengabaikan kewajiban duniawi. Sebaliknya, Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras, berusaha maksimal, dan mencari nafkah dengan cara yang halal. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja keras dan tekun dalam usahanya." (HR. Muslim).
Bekerja untuk dunia bukan hanya tentang mencari uang atau material, tetapi juga tentang menciptakan kesejahteraan bagi diri sendiri dan keluarga. Selain itu, bekerja dengan niat yang baik dan tulus, serta mengikuti prinsip-prinsip moral dalam Islam, akan menjadikan pekerjaan kita sebagai amal ibadah. Dalam konteks ini, bekerja dengan sungguh-sungguh, menjaga integritas, dan menggunakan hasil usaha untuk kebaikan, adalah cara kita memenuhi kewajiban duniawi dengan cara yang baik. Namun, Islam juga mengajarkan agar kita tidak terjebak dalam kesibukan dunia hingga melupakan tujuan utama hidup kita, yaitu akhirat.
Bersiap untuk Akhirat
Bekerja untuk dunia memang penting, tetapi mempersiapkan kehidupan akhirat jauh lebih utama. Sebagai umat Islam, kita meyakini bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang kekal, dan segala amal yang kita lakukan di dunia ini akan menjadi bekal untuk kehidupan setelah mati. Hadis yang mengingatkan kita untuk "berbuatlah untuk akhiratmu seakan kamu akan mati besok pagi" mengingatkan kita akan hakikat kematian yang tidak diketahui kapan akan datang. Oleh karena itu, kita harus selalu siap dengan amal baik yang bisa membawa kita menuju kebahagiaan abadi di akhirat.
Bersiap untuk akhirat berarti memperbanyak amal ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta berbuat baik kepada sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita diajarkan untuk selalu menjaga hubungan dengan Allah, memperbaiki akhlak, dan membantu orang lain. Semua ini adalah bentuk persiapan kita untuk akhirat. Mempersiapkan akhirat bukan berarti kita harus meninggalkan dunia, tetapi kita harus menjadikan setiap tindakan kita di dunia sebagai ladang amal yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat
Hadis ini mengajarkan kita bahwa dunia dan akhirat bukanlah dua hal yang harus dipisahkan, tetapi harus seimbang. Dalam hidup, kita memang perlu bekerja keras untuk dunia, tetapi kita juga harus senantiasa ingat bahwa kehidupan akhirat lebih utama. Menjaga keseimbangan ini tidaklah mudah, karena sering kali godaan dunia yang bersifat sementara dapat mengalihkan perhatian kita dari akhirat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki niat yang ikhlas dan selalu mengingat tujuan hidup yang lebih besar---yaitu meraih keridhaan Allah dan kebahagiaan di akhirat.
Islam mengajarkan kita untuk memanfaatkan dunia sebagai sarana untuk mencapai akhirat. Misalnya, dengan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, kita bisa menggunakan sebagian harta untuk membantu orang miskin, berzakat, atau mendanai amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir meskipun kita sudah meninggal. Begitu juga dalam hal ilmu pengetahuan, kita diperintahkan untuk menuntut ilmu agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umat, serta mendapatkan pahala yang berkelanjutan.
Kesimpulan: Bekerja untuk dunia dan bersiap untuk akhirat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seorang Muslim. Kita diajarkan untuk berusaha maksimal di dunia, tetapi dengan tetap menjaga niat yang baik dan mengingat bahwa tujuan utama hidup adalah akhirat. Dengan memanfaatkan waktu dengan bijaksana, menjaga keseimbangan dalam hidup, dan selalu memperbanyak amal ibadah, kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat bukan hanya akan membawa kesuksesan duniawi, tetapi juga kebahagiaan yang abadi di hadapan Allah SWT.