Lihat ke Halaman Asli

Heavy Nala Estriani

Lecturer at the Department of International Relations University of Mataram

Tolak Angin, Penyelamatku di Negeri Gajah Putih

Diperbarui: 5 Agustus 2018   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tolak angin

Sebagai seorang mahasiswi yang sedang menempuh program magister, di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, berpartisipasi dalam agenda seminar maupun konferensi berskala internasional, sudah menjadi hal yang lumrah. Seperti pada awal bulan Juni bulan lalu, ketika saya beranjak ke Thailand untuk berpartisipasi sebagai pembicara pada konferensi yang diselenggarakan oleh salah satu Universitas di Bangkok.

Perjalanan yang cukup panjang dari Surabaya menuju Bangkok, memang cukup menguras tenaga, terutama karena masih harus transit di Kuala Lumpur sebelum ke Bangkok. Terlebih sehari sebelum keberangkatan, saya masih harus mengurusi banyak hal yang belum terselesaikan di kampus. Jadilah, kondisi saya sejak keberangkatan sangat tidak fit, apalagi saya tetap bersikeras untuk menjalankan ibadah puasa di hari itu.

Selama di perjalanan, rasa khawatir sudah menghantui saya. Gejala-gejala migraine disertai dengan perut kembung dan sangat mual, sudah saya rasakan sejak saya berada di Bandara Juanda Surabaya. Di perjalanan, saya semakin khawatir jika nantinya tidak bisa maksimal dalam mempresentasikan makalah saya. Apalagi, jadwal saya untuk presentasi, jatuh tepat pada keesokan harinya. Ketika itu, saya berpikir, bagaimana jika proses pembuatan makalah yang memakan waktu berminggu-minggu tersebut, tidak dapat saya presentasikan secara maksimal hanya karena kondisi tubuh yang sedang menurun. Saya pun tidak ingin mengecewakan 2 orang rekan saya yang juga berkontribusi dalam pembuatan makalah tersebut.

Singkat cerita, sesampainya saya di Bangkok, bertepatan dengan waktu untuk berbuka puasa. Setelah meneguk sebotol air putih, dengan tidak pikir panjang, saya langsung menggeledah tas ransel saya. Mencari yang telah saya pikirkan selama di perjalanan menuju Bangkok, Tolak Angin Sindomuncul. Saya pun segera meminum Tolak Angin cair yang saya bawa dari Indonesia tersebut.

Tolak Angin memang tidak pernah absen berada di tas saya. Sedari dulu, Ibu saya memang sangat getol memberikan saya Tolak Angin ketika kondisi badan saya sedang tidak fit. Bukan hanya karena semata-mata Tolak Angin bersifat sebagai obat herbal, namun karena saya memang memiliki alergi terhadap jenis obat-obatan tertentu. Sehingga, bisa dibilang saya sangat takut jika harus membeli obat-obatan yang dijual bebas tanpa resep dokter, di minimarket maupun di Apotek.

Pada kondisi itulah, saya bergantung banyak pada Tolak Angin yang bertindak sebagai obat herbal. Hal itu karena Tolak Angin terbuat dari bahan herbal organik pilihan seperti jahe, daun mint, madu, dan adas sebagai komposisi utamanya. Bahan-bahan tersebut, sedari dulu memang dikenal ampuh untuk mengurangi gejala masuk angin seperti perut kembung, mual, pusing dan meriang. Dengan bahan- bahan herbal organik tersebut, saya tidak perlu lagi khawatir untuk mendapatkan obat yang aman karena tidak menimbulkan alergi.

Dengan khasiat yang melimpah, maka Tolak Angin tidak hanya cocok bagi mereka yang sedang dalam kondisi masuk angin. Saya sendiri, yang memiliki riwayat migraine, sangat terbantu dengan Tolak Angin, karena bisa meredakan mual yang ditimbulkan akibat migraine. Terlebih, Tolak Angin terus mengekspansikan produknya, untuk dapat memuaskan para konsumen seperti Tolak Angin Flu yang cocok diminum untuk meringankan gejala flu, letih dan perut kembung. Selain itu, ada juga Tolak Angin yang diperuntukkan bagi anak-anak, sehingga selalu aman untuk dikonsumsi oleh mereka.

tolak angin

Selain itu, alasan mengapa Tolak Angin aman untuk dikonsumsi ialah karena Tolak Angin Sidomuncul telah lulus dari uji toksisitas dan uji khasiat. Sehingga, sangat tepat untuk meningkatkan ketahanan tubuh disaat lelah, perjalanan jauh, kecapaian dan kurang tidur. Terlebih, Tolak Angin merupakan satu-satunya obat masuk angin yang bahan baku dan mutu produknya telah terstandarisasi, dan mendapatkan sertifikat obat herbal terstandar.

Setelah minum Tolak Angin di waktu berbuka, saya kembali meminum Tolak Angin sesaat sebelum tidur. Hasilnya, saat saya bangun  di waktu sahur, kondisi badan saya jauh lebih fit dibandingkan malam hari sebelumnya. Perasaan mual dan perut kembung menjadi hilang. Agar semakin memberikan hasil yang maksimal, saya kembali meminum Tolak Angin di waktu sahur.

tepat pukul 1 siang waktu Bangkok, jadwal saya untuk mempresentasikan makalah pun tiba. Alhamdulillah, presentasi yang saya paparkan berjalan mulus, dan kekhawatiran saya sehari sebeumnya karena kondisi badan yang tidak fit, tidak terjadi. Dengan meminum 3 bungkus Tolak angin pada waktu berbuka, sebelum tidur dan saat sahur, kondisi saya, sudah jauh lebih baik dibandingkan pada saat keberangkatan dari Surabaya ke Thailand.

dokpri

Jika saya tidak membawa Tolak Angin Sidomuncul, mungkin kondisi badan saya tidak bisa langsung bugar seperti pada hari H. Apalagi karena saya memiliki alergi obat yang menyulitkan saya untuk mencari obat yang sesuai. Itulah mengapa, obat herbal Sido Muncul, selalu bisa saya andalkan dimana saja, dan kapan saja. Bahkan hingga ke Negeri Gajah Putih sekalipun.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline