Kalau ditanya soal bahasa Indonesia, saya selalu mengingat kata-kata ini. Banyak orang yang berpendapat bahwa, "Untuk apa belajar bahasa Indonesia, toh kita harus melihat globalisasi yang mendunia dan berkiblat pada bahasa Inggris." atau "Bahasa Indonesia itu gampang sekali kok. Nggak perlu dipelajari terlalu mendalam."
Ya, orang Korea pun akan mengatakan bahasa Korea mereka mudah, sedangkan kita harus agak berpontang-panting menyesuaikan pola kalimat S-O-V mereka, karena keterbiasaan kita dengan pola kalimat S-V-O pada bahasa Indonesia maupun Inggris.
Jadi, tidak ada yang mudah. (Mengenai apakah Bahasa Indonesia termudah di dunia pernah saya sampaikan di sini).
Beberapa hari belakangan ini, saya bertugas menyunting beberapa naskah. Saya menemukan bahwa ada beberapa hal yang sebenarnya sederhana, namun kerap kali menjadi kesalahaan umum. Bahkan ini sering dilakukan oleh para penerjemah. Walaupun kemampuan berbahasa saya tidak sempurna, namun saya ingin menyampaikan beberapa hal ini, agar bahasa Indonesia kita pun kian membaik.
Ejaan Kata Serapan
Banyak masalah ejaan klasik yang timbul dalam pembendaharaan kata kita, misalnya: aktivitas atau aktifitas? nasihat atau nasehat? risiko atau resiko? apotek atau apotik? camilan atau cemilan? handal atau andal? Mungkin ini sebenarnya hal ini dapat menjadi pertanyaan ujian untuk anak SD tahap akhir, tetapi kita kerap keliru.
Hal yang menyebabkan kebingungan ini adalah karena banyaknya penyerapan suatu istilah asing, terutama bahasa Inggris. Kita mungkin sering mendengar kata "aktif" (bahasa Inggris: active), yang akhirnya menjebak kita menjadi memilih lema yang keliru, "aktifitas", dibandingkan "aktivitas". Dilema "f" dan "v" ini memang dapat memberi penyiratan bahwa terjadi hal yang tidak konsisten. Namun tahukah kita bahwa dalam penyerapan kalimat berakhitan -ization atau -ity terjadi hal yang disebut "penyerapan tidak lepas dari kata dasarnya" sehingga "v" tetap bertahan. Oleh karena itu, bahasa Indonesia menyetujui "negativisme" dan "efektivitas", di balik itu juga terdapat "negatif" dan "efektif".
Menyerap Kata yang "Keliru"?
Sebelumnya, mohon dikoreksi bila saya keliru. Saya menemukan terjemahan "metabolized" (dalam bentuk past participle untuk bentuk kalimat pasif, yang diterjemahkan "dimetabolisasi". Sebenarnya saya sendiri tidak setuju dengan penerjemahan ini.
Jika "dimetabolisasi" artinya "di- + metabolisasi". Pertama, tidak ada kata "metabolisasi" atau "metabolization" dalam daftar lema Kamus Merriam-Webster, walaupun saya ada menemukan sedikit penggunaan kata ini saat mencarinya di Google, misalnya judul "Metabolization of Elemental Sulfur in Wheat Leaves Consecutive to Its Foliar Application" yang diterbitkan di Plant Physiol. 1987 December; 85(4): 1026–1030. Namun kata ini jauh kalah populer dibandingkan saudaranya "metabolisme". Dengan penelusuran ini, saya sendiri menyimpulkan bahwa "metabolisme" adalah kata yang baku, dibandingkan "metabolisasi". Karena alasan ini juga, saya lebih memilih kata "dimetabolismekan" -juga daripada "dimetabolisme"- dalam membentuk kata kerja yang berkata dasar kata benda. Mungkin selama ini kita salah kaprah menganggap "metabolisme" sebagai kata kerja, padahal ini adalah "kata benda" yang merujuk pada suatu proses.
*Catatan: Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 2000, tertulis ada proses yang disebut transposisi, yaitu penurunan kata yang memperlihatkan peralihan suatu kata dari kategori sintaksis yang satu ke kategori sintaksis lain tanpa mengubah bentuknya. Misalnya dari kata "sikat" yang merupakan kata benda (nomina), menjadi kata kerja (verba) "sikat", sehingga bisa diimbuhkan menjadi "disikat" atau "menyikat". Namun sayangnya apakah pada "metabolisme" menjadi "dimetabolisme" dapat dibenarkan melalui konsep ini. Walaupun jika dibandingkan pelibatan kata dasar "-isme" lainnya kurang lazim digunakan misalnya "dianimisme?", "disarkasme?", "dikomunisme?" .