Lihat ke Halaman Asli

Haura Muafa

Amateur Writer

Sakit Gigi

Diperbarui: 20 Maret 2024   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di antara heningnya malam, senyap sendu merayap dan memelukku perlahan. Tanganku terpaku di sudut dinding, meremas jemari dengan bibir terkatup rapat. Lidahku berusaha menahan rintihan yang hendak keluar, namun rasa pedih ini memang tak dapat dielakkan.

Memang benar kata orang, lebih baik sakit hati dibanding sakit gigi. Memang mungkin terdengar seperti omong kosong, namun rasa pedih yang menjalar seakan menembus ulu hati memang tak dapat didustakan.

Perih perlahan merayap memasuki saraf di gusi, menyetrum lingkungannya dengan rasa kesakitan. Setiap denyut dentuman menyerukan kehancuran, seakan mengajak semesta untuk merayap gigi ini dengan rakus.

Matanya terpejam erat, buliran air mata perlahan mengalir melalui pipi yang mulai ranum. Aku menyentuh perlahan sisi rahang yang mulai membengkak, lalu berucap dengan nada sendu,

"Aku gak mau ke dokter gigi"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline