Rasa Aus pahit yang sungguh perih nan pilu bermuara diufuk fajar hati, dengan menanggalkan sensasi gundah-gulana yang perlahan membungkam seluruh raga.
Bening tangis luruh-jatuh dengan perlahan, mengalir lembut membelah pipi yang mulai ranum.
Ada kalanya jendela memori yang pahit melintasi jiwa, mengiris lembut pucuk hati namun menyakitkan.
Meski sore ini senja hadir dengan guratan bias jingga yang menyeruak dengan indah, namun titik sendu mulai mengotori hatinya sepenuhnya layaknya melukis dengan teknik pointilis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H