Lihat ke Halaman Asli

Haura Muafa

Amateur Writer

Cerbung: Melodi Sunyi dan Dunia Kecil

Diperbarui: 7 Februari 2024   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/TramLuanPage/

Ketika rona merah langit ditutupi salju, bumantara seketika pucat dengan berbagai kepingan putihnya. Namun di sana, Rusia, setitik kehangatan melingkupi dua insan dan menciptakan harmoni yang serasi bagi kota dingin pada abad ke-20 itu.

Di sana ada Aldearra Feonitta, seorang gadis tuli pecinta karya sastra dan segala bentuk seninya. Sembari menerawang langit Vladivostok yang memanjakan mata, ia mencoba membuat rangkaian kata-kata prosa sambil mengamati setiap gerak awan dan buliran salju yang perlahan turun.

Namun, tak bisa dipungkiri. Langit kotanya memanglah paripurna, namun baginya itu membosankan. Pemandangan antariksa yang terlalu familiar tidak membuatnya mendapatkan ide yang lebih jauh, ia tidak mau menceritakan Vladivostok secara terus menerus.

"Aku tak bisa, hatiku sudah terlalu jelah. Perlukah aku menulis tentang panorama Vladiostok secara terus menerus?"

Aldearra yang berada di balkon asrama menatap sekitar, mencoba mencari sesuatu yang unik untuk dituliskan selain salju dan Vladivostok. Namun nihil, seluruh sisi dari sekolah tuli ini sudah ia tumpah ruahkan dalam karya sastra. Itu membuat otaknya kosong, tetiba saja kehilangan banyak ide.

"Sepertinya aku kehilangan ide, aku tak tahu apa yang perlu kutuliskan..." renung Aldearra dengan raut murung. Ia kembali meletakkan diarinya dan duduk di balkon, mengayunkan kaki bosan sembari terus mencari tema yang akan ia tuliskan hari ini.

Ia mulai menerka, apa sekiranya yang ada di luar sekolah tuli yang ia tempati. Dikurung selama dua-belas tahun tentu saja menumbuhkan rasa penasaran yang makin kuat. Aldearra tetiba saja ingin mengetahui, apa saja yang ada di dunia luar? Apakah ada hal dan tempat menarik yang bisa kutuliskan selain langit biru dan salju yang putih?.

Namun, wajah Aldearra kembali muram, setelah menyadari 'ketidak-mungkinan' dari rasa penasaran yang ia miliki. Ia tuli, tentu saja wawasan tentang dunia luarnya sungguh terbatas. Ia tak boleh keluar dari sekolah tuli, dan kalaupun ia sudah lulus ia akan kembali menetap di rumah asalnya.

"Sesempit itukah dunia bagi sang tuli..?" gumam Aldearra penuh rasa jelu, setelah merenung mengenai kekurangannya sebagai penulis tuli. Ia mulai kehilangan semangat.

"Hei?"

Kehadiran seseorang yang asing mengagetkan Aldearra. Tentu saja ia tak bisa mendengarnya, namun tepukan lembut yang ada di bahunya benar-benar membuatnya terkejut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline