Lihat ke Halaman Asli

Haura Muafa

Amateur Writer

Pilihan

Diperbarui: 31 Januari 2024   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diusik oleh dentingan jam dan cetikan Keyboard adalah hal biasa yang dialami Naomi setiap harinya. Klik-kan Mouse dan bantalan ibu jari yang berkali-kali menghantam tombol berhuruf adalah santapannya tiap tengah malam.

Notifikasi pesanan komisi Design milik Naomi selalu mengusiknya tiap malam. Hal itulah yang membuatnya sering begadang, ia juga adalah asisten dari dosen forensik, maka tak asing baginya jika berpuluh-puluh tumpukan makalah tersaji di mejanya.

Namanya Naomi Ayunda, gadis itu baru saja menyelesaikan jenjang SMAnya 10 hari yang lalu. Dirinya adalah gadis pintar dan estetik, ia dapat lulus SMA dengan nilai yang memuaskan, itulah alasan mengapa komisinya laku dan ia direktrut menjadi asisten dosen diumurnya yang masih cukup muda.

Namun, malam itu otak Naomi sepertinya lebih berfikir keras soal masa depannya. Secarik kertas penuh degan guratan Ballpoint semakin menumpuk untung menghilangkan rasa stressnya. Naomi Ayunda bingung akan tujuannya: Bekerja atau Kuliah.

Naomi bagus pada bidang akademisi dan minat bakat. Nilai IPAnya 100 kali berturut turut dan tidak pernah gagal soal IPA. Ia juga punya minat menjadi Designer, kemampuan seninya juga sangat bagus. Tapi ia masih bimbang untuk memilih masa depannya.

Naomi merasa tertekan akan harapan orang tuanya untuk menjadi Ilmuwan dan dosen, orang tuanya memaksa Naomi untuk menngkatkan Akademisi lebih baik dan meninggalkan hobi Designnya tersebut.

Sedangkan teman-teman Naomi, khususnya juga Kakak perempuannya, lebih menyarankan untuk menghidupi diri Naomi dengan bakatnya yang fantastis. Kakak  perempuannya berkata jika Naomi dapat diterima diperusahaan tanpa harus menjadi ahli dalam nilai akademik.

Tubuh Naomi mulai terasa berat, matanya sembab dan sendu ketika melihat layar laptop selama 5 jam berturut turut. Jantungnya juga berdegup lebih kencang karena kekurangan gizi, matanya berkedip kedip untuk menjaga Naomi tetap bangun.

Namun Nihil, Kegelapan malam memeluknya dengan lembut. Kepala Naomi jatuh diatas keyboard dan kumpulan-kumpulan makalah. Matanya terpejam dan ia tertidur dengan sangat nyaman.

Didalam fikirannya, ia ingin memikirkan semua itu esok hari dan mendiskusikannya pada orang tuanya. Naomi tidur dalam kebebasan dan keamanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline