Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan penduduk paling banyak di dunia, dengan banyaknya mobilitas penduduk di Indonesia menimbulkan banyaknya rakyat yang menggunakan kendaraan dalam setiap kegiatan aktivitasnya, agar kendaraan yang di naiki dapat berjalan tentunya memerlukan yang namanya Bahan Bakar Minyak.
Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah bahan bakar yang digunakan oleh rakyat Indonesia sebagai bahan bakar kendaraan seperti mobil dan sepeda motor. Banyaknya kendaraan di negara ini mengakibatkan besarnya akan permintaan Bahan Bakar Minyak. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sangat menentukan besarnya tarif pada angkutan umum, BBM juga merupakan urat nadi dari transportasi,
Apakah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak merupakan sebuah hal yang mengkhawatirkan masyarakat dari berbagai kalangan? Sebenarnya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia bukanlah hal baru yang terjadi di negeri ini, mulai masa presiden Soeharto sampai presiden Joko Widodo Bahan Bakar Minyak (BBM)terus merangkak naik, hanya Pesiden Habibie yang tidak menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM) namun malah menurunkannya sebesar Rp 200 perliter.
Kebijakan perubahan harga yang dilakukan oleh pemerintah belakangan ini dapat kita lihat di berita televisi maupun sosial media bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM)Pertamax telah naik dari Rp 9.000-9.400/per liter menjadi Rp 12.500 per liter sejak 1 april 2022 dan menetapkan BBM Pertalite sebagai Bahan Bakar Minyak subsidi.
Berdasarkan catatan Kementrian ESDM bahwa BBM Pertalite merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak dan sering digunakan oleh pengendara yaitu mencaoai 23 juta kilo liter sepanjang tahun 2021. Lebih banyak 79 persen dari jenis bahan bakar mesin lainnya seperti Pertamax,Pertamax Turbo dan Premium yang tercatat 21 persen penggunaannya.
Apakah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak negatif? Dalam berbagai sektor, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tentu saja memberikan dampak negatif. Meningkatnya harga Bahan Bakar Mesin (BBM) tentunya akan sangat membuat masyarakat menjadi resah dan menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berdampak kepada semua sektor harga dan usaha seperti sektor sandang, pangan dan ada kemungkinan akan menyebabkan Inflasi kedepannya.
Dengan menaiknya harga Bahan Bakar Mesin (BBM) contohnya Pertamax tentunya akan berdampak bagi masyarakat Indonesia. Disamping itu rumor mengenai harga Pertalite dan Solar akan ikut menaik juga semakin memperdampak bagi masyarakat.
Mungkin dengan menaiknya harga BBm akan memberikan banyak dampak positif bagi pemerintah seperti lebih hematnya Anggaran Pendapapatan dan Belanja Negara) tetapi sangat berdampak negatif bagi maskarakat dari berbagai kalangan baik kalangan kecil maupun besar.
Dari sisi ekonomi, kenaikan harga BBM jelas akan mendorong kenaikan biaya produksi, mendorong inflasi (cost push inflation) yang pada gilirannya akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, penurunan upah riil dan konsumsi rumah tangga. Padahal kita tahu konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang tinggi terhadap Produk Domestik Bruto (sekitar 50%) dan merupakan penghela utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan sangat berdampak pada beban hidup masyarakat, baik pada kalangan bawah maupun perusahaan besar karena menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan mempengaruhi harga barang yang ikutan menaik contohnya menaiknya harga Bahan Bakar Minyak membuat masyarakat juga menaikkan harga barang dan jasa seperti dalam pembuatan Roti ataupun kue, harga barang bahan seperti tepung,gula,minyak dan sebagainya akan terus meningkat mengikuti naiknya harga BBM.
Harga bahan ataupun barang lainnya akan ikut menaik mengikuti menaiknya harga BBM sehingga akan mempengaruhi laju dari inflasi dan kenaikan BBM juga akan memicu penimbunan-penimbunan barangbarang pokok seperti kasus kelangkaan minyak waktu lalu yang mana banyaknya mereka akan menimbun barang untuk mencari untung yang berlipat ganda.