Lihat ke Halaman Asli

Semarak Marawis, Identitas Budaya Leuwisadeng

Diperbarui: 27 Maret 2017   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan marawis di Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.

Leuwisadeng, 20 Maret 2017, Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang yang dimiliki oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari berbagai unsur, seperti sistem agama, politik, adat dan istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Indonesia merupakan negara yang kaya akan budayanya mulai dari sabang sampai merauke. Begitupula dengan satu daerah di tanah sunda yang memiliki kebudayaan yang sangat khas dan menjadi identias budayanya, yaitu Leuwisadeng.

         Leuwisadeng merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, yang dikenal dengan sebutan kampung santri. Kebudayaan di Leuwisadeng pada umumnya tidak jauh berbeda dengan budaya suku sunda pada umumnya. Berbeda dengan daerah Ciamis, Cimahi, dan Cianjur, bahasa yang digunakan masyarakat Leuwisadeng berbahasa sunda kasar dan logatnya berbeda. Terkenal dengan sebutan kampung santri, kecamatan yang memiliki 8 desa itu sangat patuh pada sistem agama dan prinsip kekeluargaan. Karena itulah budaya kesehariaan di Leuwisadeng pun sangat religius. Unsur agama yang kuat, membuat masyarakat tidak lupa dengan kebiasaan yang menjadi kewajiban, yaitu pengajian rutin yang tak tertinggalkan oleh masyarakat. Kampung santri ini menyimpan berbagai macam kesenian, yang menjadi ciri khas Leuwisadeng yaitu marawis.

         Marawis yang menjadi kegiatan kesenian dikeseharian masyarakat Leuwisadeng ini adalah salah satu seni musik yang memiliki unsur keagamaan yang kental. Kesenian marawis ini menjadi identitas budaya Kecamatan Leuwisadeng ini terkenal dan berkembang di Desa Leuwisadeng. Menurut Ade (28), guru marawis yang berkembang di Desa Leuwisadeng ini, maka dari itu marawis menjadi ciri khas dari generasi ke generasi kesenian dari kebudayaan di Leuwisadeng.

            Kesenian marawis menjadi suatu kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat. Tidak hanya santri saja, tetapi sekolah biasa pun diterapkan kegiatan marawisan. Peralatan marawis sudah menjadi teman bagi para santri dan siswa. Peralatan marawis yang digunakan seperti rebana, tumbuk pinggang marawis, gendang, tamborin, dan ketipung. Lagu yang dibawakan selalu lagu yang bersyair keagamaan karena sebagai bukti syukur kepada sang pencipta. 

Marawis selalu hadir disetiap acara, seperti peringatan hari besar agama Islam, pernikahan, khitanan, hingga festival-festival. Kesenian marawis yang sudah ada dari zaman dahulu ini mengharumkan nama Leuwisadeng dengan berprestasi menjuarai di festival yang diselenggarakan di Darurahman, Jambu. Kecamatan Leuwisadeng pun sering mengirimkan kesenian marawis ke Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Salah satu kgiatan tahunan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Kabupten Bogor adalah festival Dongdang yang maksudnya bersyukur atas hasil bumi. Festival Dongdang itu selalu diikuti kelompok marawis yang mewakili Kecamatan Leuwisadeng.

            Semarak marawis di Leuwisadeng menuai harapan sang guru agar kesenian marawis ini lebih maju lagi dan waisan budaya lluhur ini tidak hilang karena majunya zaman. Sang guru berharap agar potensi-potensi yang ada di Leuwisadeng terus berkembang, dengan menggerakan generasi muda yang ada di Kecamatan Leuwisadeng untuk membangkitkan daerah Leuwisadeng agar semakin maju.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline