Lihat ke Halaman Asli

Rahmi H

Peskatarian

Wajib Lapor

Diperbarui: 24 September 2017   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Mata tuanya terkatup sayu di depan televisi yang merupakan satu-satunya barang berharga dirumah itu, televisi itu hanyalah hadiah dari salah seorang rekan seperjuangannya, ketika dirinya masih dipercaya, memimpin organisasi perjuangan para petani dikampungnya. 

Tangan kanannya memegang lesu remot kontrol. Di atas kursi reot di sudut ruangan itu, lelaki tua itu mengendalikan selera tontonannya melalui remot kontrol tersebut, hingga ia tertidur tanpa dengkur. Sementara itu, televisi terus bergema, suaranya berubah-ubah sekehendak tampilan yang muncul di layarnya, kadang iklan obat nyamuk, lulur pemutih, perumahan mewah, seperti mewakili kompleksitas hidup manusia.

"Siang Pak"

Sebuah suara tak juga membuat matanya terbuka. Gabon tersenyum melihat Bapak lagi-lagi tertidur di depan televisi. Segera Gabon menuju dapur, bermaksud memberi kabar kepulangannya pada ibu tercinta.

"Gabon pulang Bu"

Punggung perempuan itu berbalik menemui sumber suara. Senyum setengah bahagia tersungging tulus di sudut bibirnya.

"Gimana Bon? Lancar?"

Ibunya bertanya, tanpa menghentikan aktifitas cuci piring yang entah sejak kapan terus menjadi pekerjaan hariannya.

"Lancar Bu"

Gabon menjawab datar, sambil menarik kursi kayu dan duduk menghadap meja makan, sedari tadi perutnya bergemuruh, di atas meja terhidang pisang rebus dan sambel pedas, segera ia makan dengan lahap.

"kapan aturan wajib lapor itu berakhir Bon?" Ibunya bertanya lagi. Suaranya ditimpa dentingan gelas, piring dan sendok yang ditaruh sesuai tempatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline