Cegah Penyebaran Cacar Monyet dengan Langkah Efektif Melawan Ancaman Penyakit Global
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kesehatan menghadapi berbagai tantangan baru yang muncul akibat penyebaran penyakit-penyakit infeksius. Perkembangan globalisasi, perubahan lingkungan, dan mobilitas manusia yang tinggi menjadi faktor utama yang mempercepat penyebaran penyakit lintas wilayah. Salah satu fenomena yang menjadi perhatian dunia baru-baru ini adalah kemunculan penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Salah satu penyakit zoonosis yang menjadi sorotan adalah cacar monyet (monkeypox). Kabar soal penyebaran wabah monkeypox atau cacar monyet, mulai terdengar kembali di beberapa negara. Sehingga dengan melihat kondisi demikian, Organisasi Kesehatan WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa cacar monyet sebagai darurat kesehatan internasional. Kabar tersebut pertama kali diungkapkan oleh Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Sabtu tanggal 23 Juli 2022.
Menurut laporan WHO, hingga Agustus 2022, lebih dari 25.800 kasus cacar monyet telah dilaporkan di lebih dari 70 negara, termasuk negara-negara non-endemik seperti Brasil, Spanyol, dan India. Dengan sejumlah negara di beberapa wilayah WHO melaporkan kasus cacar monyet, sangat mungkin negara-negara lain akan mengidentifikasi kasus-kasus tersebut. Situasinya terus berkembang dan WHO memperkirakan akan ada lebih banyak kasus cacar monyet yang teridentifikasi seiring meluasnya pengawasan di negara-negara non-endemik. Cacar monyet merupakan penyakit endemik dari Afrika barat dan Afrika tengah yang disebabkan oleh adanya infeksi virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae. Menurut para ahli yang sebelumnya telah melakukan pertemuan dengan Komite Darurat Kesehatan (WHO), menyimpulkan bahwa terdapat banyak aspek "tidak biasa" yang ditunjukkan oleh wabah cacar monyet tersebut. Sehingga dengan demikian, para ahli menyimpulkan bahwa cacar monyet menjadi salah satu wabah yang masuk sebagai darurat kesehatan global. Untuk itu, seluruh masyarakat termasuk Indonesia diharapkan untuk tetap tenang dan menerapkan sikap waspada guna melakukan pencegahan penyebaran cacar monyet di tengah masyarakat Indonesia.
Penyebab Penyakit Cacar Monyet dan Penularannya
WHO menyatakan infeksi virus cacar monyet (mpox) bisa menular lewat kontak dekat dan ini adalah wabah yang bisa mengancam dunia untuk kedua kalinya. Penyakit cacar monyet, yang disebabkan oleh virus monkeypox, merupakan infeksi zoonosis yang dapat menular dari hewan ke manusia. Virus ini termasuk dalam genus Orthopoxvirus dan pertama kali ditemukan pada sekelompok monyet yang digunakan untuk penelitian pada tahun 1958. Meskipun awalnya dikenal sebagai penyakit hewan, cacar monyet dapat menyebar melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi, seperti tikus, monyet, dan tupai. Penularan dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran hewan tersebut, serta melalui cairan tubuh atau luka terbuka. Selain itu, virus ini juga dapat bertahan pada benda-benda yang terkontaminasi, seperti pakaian atau linen yang digunakan oleh penderita cacar monyet.
Penularan dari manusia ke manusia juga mungkin terjadi, meskipun risikonya lebih rendah dibandingkan penularan dari hewan. Kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, seperti air liur yang masuk ke mata, hidung, atau mulut, dapat menyebabkan infeksi. Selain itu, penularan juga bisa terjadi melalui droplet pernapasan ketika seseorang berada dalam jarak dekat dengan penderita selama periode waktu yang cukup lama. Dengan demikian, penting bagi setiap individu yang berisiko tinggi untuk melakukan langkah-langkah pencegahan guna menghindari penularan virus ini.
Gejala Penyakit Cacar Monyet
Penyakit cacar monyet atau monkeypox, adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus orthopoxvirus. Gejala penyakit ini mirip dengan cacar air tetapi umumnya lebih ringan. Gejala cacar monyet muncul dalam dua fase yaitu fase invasi dan fase erupsi.
1. Fase Invasi (0-5 hari)
- Demam: Suhu tubuh meningkat, biasanya di atas 38,5 C.
- Sakit Kepala: Nyeri hebat yang mungkin tidak tertahankan.
- Nyeri Otot (Myalgia): Rasa sakit pada otot.
- Pembengkakan Kelenjar Getah Bening (Limfadenopati): Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan.
- Kelelahan (Asthenia): Rasa lemas dan kurang energi.
2. Fase Erupsi (1-3 Hari Setelah Demam)