Lihat ke Halaman Asli

FOMO atau FOMO? Mengupas Motivasi di Balik Antusiasme Jamaah Kajian Ustadz Hanan Attaki

Diperbarui: 28 Oktober 2024   16:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhir-akhir ini tengah ramai sekali dengan salah satu kajian yang dibawakan oleh seorang pendakwah terkenal FOMO Atau FOMO? Mengupas Motivasi di Balik Antusiasme Jamaah Kajian Ustadz Hanan Attaki

bernama Ustadz Hanan Attaki. Beliau adalah seorang pendakwah yang sangat terkenal dikalangan generasi muda karena pembawaan dakwahnya yang memotivasi jamaahnya untuk memperbaiki diri. Kajian demi kajian yang ia bawakan di berbagai daerah pasti selalu ramai dan penuh akan kouta yang disediakan. Tak hanya kaum hawa saja yang mengikuti kajiannya, tetapi kaum adam juga antusias untuk mengikuti kajian tersebut. Di media sosial, Ustadz Hanan Attaki terkenal dengan kajiannya tentang permasalahan hati, rezeki, kehidupan, dan lain sebagainya. Hal ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul seperti apakah motivasi utama para jamaah ini semata karena kehausan akan ilmu agama, ingin bertaubat, atau hanya sekedar FOMO (Fear Of Missing Out) semata?

 Ketakutan akan kehilangan moment atau FOMO menjadi salah satu hal yang tidak bisa dihindari di era sekarang ini. Terlihat sangat jelas pada tingginya antusiasme para kaum muda untuk menghadiri kajian yang ada di daerah yang sudah direncanakan. Tak hanya kajian secara langsung, tetapi juga kajian secara daring pun kaum muda banyak sekali yang mengikutinya. Sebagai salah satu pendakwah yang populer dikalangan generasi muda, Ustadz Hanan Attaki memiliki daya tarik tersendiri, yang mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendekatannya dalam berdakwah, manajemen pengelolaan, hingga kemauan jamaah untuk mengikuti tren yang sedang berlangsung. Dalam opini lepas ini, kita akan mengupas mengenai motivasi di balik antusiasme jamaah kajian Ustadz Hanan Attaki.

Prinsip Dakwah yang Sesuai Zaman

            Ustadz Hanan Attaki dikenal dengan cara pembawaan dakwahnya yang kreatif dan kontekstual, menyesuaikan dengan perilaku kaum muda. Pemilihan bahasa, gaya komunikasi yang santai, serta topik-topik yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada setiap orang membuat kajiannya mudah diterima di kalangan kaum muda. Dari sini, terlihat jika prinsip dakwah islam yang sejalan dengan apa yang Ustadz Hanan Attaki yaitu menyeru umat dengan cara yang baik, menyentuh hati, dan membangun relasi.

            Dalam kacamata dakwah, antusias para jamaah bisa dilihat positif selama motivasi di baliknya adalah untuk memperbaiki diri, bukan hanya untuk mengikuti tren tanpa mendalami isi dari kajian yang disampaikan. Prinsip dakwah dalam islam semestinya mengutamakan niat yang ikhlas dan keikhlasan dalam mendapat ilmu sebagai bentuk ibadah. Ketika jamaah didorong oleh keinginan yang ikhlas untuk menuntut ilmu, maka semangat mereka ditunjukkan kepada komitmen jangka panjang dalam ibadah dan pembenahan akhlak.

Pengelolaan Manajemen yang Realistis

Dalam hal manajemen, kajian Ustadz Hanan Attaki tersusun dengan baik, mulai dari penyebaran informasi di media sosial, konsep acara, hingga dokumentasi yang tersebar di media sosial. Kemudahan akses ini memicu keterikatan emosional jamah, yang merasa selalu terhubung dengan kajian dakwah. Ini merupakan bentuk konsep dakwah yang efektif, dimana konten dan plan kajian yang tersedia dan tersebar dengan gampang.

Dari segi manajemen, manajemen yang realistis ini membantu menjaga keterlibatan jamaah yang datang dari berbagai latar belakang. Di satu sisi, manajemen kajian yang terarah menumbuhkan loyalitas, karena jamaah merasa diperhatikan dan dihargai.

Peran FOMO dalam Konteks Umat Islam

            Beberapa FOMO  bisa menjadikan motivasi awal bagi sebagian jamaah Ustadz Hanan Attaki, ada efek jika motivasi ini menjadi sekedar ambisi untuk melengkapi kebutuhan sosial atau eksistensi pribadi. Namun, perlu untuk diperhatikan bahwa islam mengingatkan umatnya untuk sukarela dalam beramal, termasuk dalam menuntut ilmu. Ketika motivasi yang menjadi pilar antusiasme ini lebih karena keinginan untuk merasa tidak tertinggal tren, perlu dilakukan perbaikan agar niat dalam menuntut ilmu tetap pada jalan keikhlasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline