Lihat ke Halaman Asli

TVI Express, Murni Money Game!

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bulan Agustus 2010 lalu, sudah pernah mem-posting tulisan yang saya sertakan lagi di bawah ini. Namun setelah tulisan tentang TVI itu beredar, saya dihubungi langsung oleh petinggi TVI yang intinya saya akan dicairkan voucher hotelnya asalkan mencabut tulisan saya dari Kompasiana.

Lalu demi tujuan mencairkan voucher itu, akhirnya saya menghapus tulisan pertama itu dan meralat dengan tulisan kedua (tentang TVI). Namun, setelah melihat komentar di tulisan kedua itu yang terus-menerus ada (yang berarti masih ada korban baru TVI), maka saya merasa berkewajiban untuk menyampaikan pendapat saya kembali sesuai dengan kebenaran yang saya yakini.

Meski saya pernah meralat, pada dasarnya saya tetap berkeyakinan bahwa TVI adalah money game. Dan ketika akhirnya saya mendapatkan voucher hotel saya, itu lebih dikarenakan “ditutup” dengan uang pribadi oleh seorang petinggi TVI agar saya mencabut tulisan saya yang dianggap mengganggu penyebaran TVI. Jadi pada dasarnya, klaim voucher hotel TVI sangat sulit dipakai (atau malah tidak bisa).

Untuk itu, saya ingin kembali mem-posting tulisan saya dulu lagi dengan tujuan seperti awal yaitu berbagi pengalaman supaya tidak ada lagi korban TVI.

Kesimpulannya, saya kembali meralat tulisan saya yang meralat tulisan sebelumnya. Ini berarti sebenarnya tidak ada ralat.

Mojokerto, 5 April 2011

Hasyim MAH

---

Saya, Hasyim MAH, asal Mojokerto ingin bercerita tentang pengalaman saya mengikuti TVI Express, sebuah bisnis yang konon bergerak di bidang wisata/travel. Tulisan ini murni didorong keinginan agar tidak ada orang lain yang kecewa akan TVI Express. Dan tulisan ini benar-benar didasari oleh pengalaman pribadi yang benar-benar terjadi, bukan sekedar “katanya”.

Di awal tahun 2010, ada beberapa teman lama saya yang menawari bisnis TVI Express (selanjutnya saya sebut TVI) ini. Mereka menjelaskan cara bergabung dengan TVI yaitu dengan membayar Rp 2,6 juta dan otomatis kita akan menjadi member sekaligus mendapatkan voucher menginap di hotel berbintang 3 sampai 5 selama 6 malam. Dari tawaran ini, sebenarnya sudah sangat menarik, betapa tidak, hotel bintang 3 saja bertarif lebih dari Rp 500 ribu permalam, apalagi bintang 5, bisa mencapai Rp 2 juta permalam. Maka jika kita hanya membayar Rp 2,6 juta saja untuk 6 malam, tawaran ini jelas sangat menarik.

Sebagai informasi, saya dan istri memang suka sekali berlibur di hotel. Hotel bagi kami bukan sekadar tempat menginap di saat berwisata, namun hotel itu sendiri yang menjadi wisata bagi kami. Selama ini, kami juga sudah menjadi member dari hotel yang bernaung di bawah grup Accor (Novotel, Mercure, Ibis, Sofitel, dll). Di grup Accor ini, saya membayar Rp 1,5 juta dan mendapatkan menginap gratis 2 malam di hotel jaringan Accor. Dari pengalaman ini, tentu saja Rp 2,6 juta untuk 6 malam bagi kami terdengar sangat murah. Apalagi, di brosur TVI yang beredar, ada logo-logo hotel yang diklaim bekerja sama dengan TVI yaitu Marriot, Hilton dan Sheraton.

Namun, justru karena harga yang sangat murah itu, akhirnya saya dan istri tidak langsung menanggapi tawaran teman saya tadi. Hingga suatu hari di bulan Maret, kami diundang presentasi TVI di Mojokerto oleh Bpk Relawan. Pak Relawan ini adalah orang pertama asal Mojokerto yang mendapatkan bonus USD 10.000 dari TVI. Presentasi saat itu selain menghadirkan testimoni Pak Relawan, juga menghadirkan salah satu member tingkat tinggi TVI dari Jakarta yaitu Bpk Samsul Bahri.

Dari presentasi inilah, akhirnya kami mulai percaya bahwa TVI adalah perusahaan yang profesional. Meski kami sadar bahwa ini bisnis jaringan, tapi kami akhirnya memutuskan untuk bergabung karena produk awal yang ditawarkan jelas, yaitu voucher hotel selama 6 malam, dan itu lebih murah dari biaya pendaftaran. Saat itu, ketika kami tanyakan soal proses klaim voucher hotel, baik Pak Samsul maupun Pak Relawan menjawab bahwa itu mudah, yang penting: jadi member dulu.

Di sisi lain, TVI menunjukkan bahwa dengan hanya memiliki 2 orang yang mendaftar TVI di bawah kita, maka kita akan berpeluang mendapatkan bonus USD 500 atau setara dengan 2 kali biaya pendaftaran. Jadi, dengan produk yang sangat murah, TVI masih menawarkan keuntungan berlipat jika kita mampu membangun jaringan.

Produknya jelas ada, dan sistem jaringan yang tidak sulit dijalankan, itu alasan kami yang akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan TVI. Sesuai dengan cara bisnis jaringan, setelah bergabung di bulan April, saya langsung mengadakan pertemuan dengan mengundang saudara dan kolega untuk presentasi bisnis TVI ini. Di saat yang sama, saya juga langsung berusaha mengurus klaim voucher hotel saya via website resmi TVI. Dari proses klaim voucher hotel tersebut, admin TVI menjawab bahwa klaim saya akan dijawab dalam 14 hari kerja.

Namun sayang, setelah 14 hari kerja, bahkan 2 bulan berlalu, pihak TVI tidak memberikan kabar tentang klaim voucher hotel saya. Saya pun seketika itu berhenti mencari member, karena langsung merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di voucher hotel ini. Bahkan ketika ada beberapa orang yang dulu sempat saya presentasi, bertanya kepada saya mengenai TVI, maka saya berusaha menahan mereka agar jangan bergabung terlebih dahulu.

Mungkin sebenarnya akan sangat menguntungkan jika saya tetap menerima 2 orang di bawah saya sebagai member, tapi dengan adanya masalah ini, saya dan istri tidak mau ikut menanggung beban moral ketika nanti ternyata TVI ini terbukti bermasalah. Kondisi ini seakan menyuruh saya untuk ikut menipu orang lain supaya saya tidak jadi rugi karena telah ditipu.

Peraturan Klaim Voucher Hotel

Sekali lagi saya tegaskan bahwa yang paling mendorong saya mengikuti TVI ini adalah voucher hotel. Dan alasan ini juga yang mendorong saya segera mengurus (klaim) voucher hotel yang ditawarkan tak lama setelah saya bergabung. Namun, kekecewaan demi kekecewaan muncul seiring dengan proses klaim voucher hotel ini.

Pertama tentunya berhubungan dengan proses klaim yang lama dan menunjukkan betapa tidak profesionalnya TVI dalam urusan voucher hotel.

Kedua, di website resminya dinyatakan bahwa klaim voucher hotel paling cepat 1 bulan sebelum tanggal pemakaian voucher. Pernyataan ini meski tidak fatal, namun tetap mengecewakan karena kita tidak selalu menyusun rencana liburan jauh-jauh hari. Dan akhirnya saya mangajukan klaim yang sangat jauh-jauh hari dengan harapan bisa lebih cepat mendapatkan kepastian karena secara logika akan lebih mudah diatur oleh pihak TVI. Saya mengklaim hotel pada akhir bulan April 2010 untuk pemakaian di bulan Oktober 2010.

Ketiga, saya dikabari sama Pak Relawan (upline saya di TVI) bahwa klaim hotel selama 6 hari yang ditawarkan di brosur itu hanya bisa diklaim dalam sekali tempo. Maksudnya, kita tidak bisa memakai satu persatu, melainkan harus sekaligus 6 malam. Pernyataan ini meski juga sangat mengecewakan karena tidak sama dengan yang saya dapat di member grup Accor (kalau ini bukan bisnis jaringan, namun membership biasa), namun saya akhirnya memaklumi dan mempunyai kesimpulan bahwa inilah yang bisa membuat voucher hotel TVI murah.

Setelah klaim via website resmi tidak ada respon, saya akhirnya mengeluh ke Pak Relawan dan akhirnya dianjurkan menghubungi Ibu Gunarni Goenawan (Bu Narni). Bu Narni ini adalah orang TERTINGGI di TVI di Indonesia. Bisa dibilang, beliaulah orang yang paling bertanggung jawab akan adanya TVI di Indonesia. Menurut Pak Relawan, Bu Narni ini bisa membantu para member untuk mengklaim voucher hotelnya.

Lalu, saya menghubungi Bu Narni via SMS. Namun, proses ini akhirnya mempertemukan saya dengan kekecewaan nomor 4 (dan ini SANGAT MENGECEWAKAN!) yaitu bahwa untuk mengklaim voucher hotel selama 6 malam, kita harus kena biaya tambahan sebesar USD 120. Peraturan ini jelas-jelas tidak pernah disampaikan baik di brosur maupun ketika presentasi oleh Pak Samsul Bahri yang dari Jakarta. Dan ketika saya sampaikan kekecewaan ini pada Bu Narni, beliau tidak mau tahu karena itu tanggung jawab upline saya.

Karena saya tidak mau rugi dengan uang yang telah saya keluarkan, maka proses klaim ini tetap saya lanjutkan. Saya pun dengan terpaksa menyanggupi USD 120 jika nanti voucher saya sudah benar-benar akan keluar. Saya disuruh kirim data pribadi ke TVI Indonesia via email untuk kemudian diproses oleh TVI Indonesia. Data pribadi yang saya kirimkan ini berisi tentang nama saya, nomor kontak, kota tujuan dan tanggal yang diinginkan.

Dengan mengeluarkan uang lagi sebesar USD 120, maka hotel yang ditawarkan tadi tak lagi tampak murah karena kita harus keluar uang sekitar Rp 3,8 juta untuk menginap 6 malam sekaligus. Ini berarti lebih dari Rp 600 ribu permalam, dan ini tak lagi murah jika ternyata hotel yang kita dapatkan hanya hotel bintang 3.

Meski begitu, sampai langkah ini, saya masih berharap klaim voucher hotel saya bisa diwujudkan hingga saya bertemu dengan kekecewaan kelima yaitu ketika saya menerima email bahwa klaim voucher bisa dilakukan via website resmi. Saya kecewa karena di website resmi, klaim hotel hanya seperti mainan saja, sama sekali tidak memperlihatkan pelayanan terhadap member. Di website resmi yang tidak menyediakan bahasa Indonesia ini kita seperti dipermainkan saja karena kita disuruh memilih wilayah (negara) yang menjadi tujuan dan bulan (bukan tanggal) yang diinginkan. Tanggal paket sudah ditentukan di hotel yang disediakan.

Jika kita melihat daftar negara yang disebutkan, mungkin kita akan silau karena di situ disebutkan banyak negara-negara di benua Amerika dan Eropa. Dan celakanya, di situ tidak ada Indonesia. Setelah saya cari, akhirnya ketemu Southeast Asia dan saya pilih. Dari daftar Asia Tenggara ini yang pasti tidak ada Singapura dan hanya ada 4 hotel di wilayah Indonesia. Empat hotel ini adalah resort yang ada di Anyer Jawa Barat, Lombok, Batam dan Serang Banten.

Bayangkan, ketika kita berharap hotel sekelas Hilton, Marriot atau Sheraton di Jakarta, Surabaya atau Bali tapi yang kita temukan resort yang jauh dari kata terkenal dan ada di kota-kota yang juga jauh dari bayangan kita untuk berlibur.

Kondisi ini akhirnya membuat saya mengecek hotel-hotel di negara-negara maju yang disebutkan di situ. Tapi, apa yang terjadi ternyata semua itu HANYA DAFTAR. Di dalam negar-negara seperti Italy, Prancis, Spanyol sampai Kanada, tidak ada satupun hotel yang bisa kita pakai alias tidak ada hotel yang bekerja sama dengan TVI di negara-negara itu!

Pada tahap ini (sekarang), saya sudah tidak punya harapan lagi. Harapan mendapat voucher dari uang yang saya keluarkan, rasanya sudah menguap. Dan jika voucher ini tidak ada, maka saya tidak akan mungkin mau menjalankan jaringan TVI karena ini MURNI MONEY GAME. Dan jika saya tidak menjalankan kebohongan ini, maka saya pun dipastikan tidak akan mendapatkan uang saya kembali.

Kini, saya berharap teman-teman (siapapun yang membaca tulisan ini) jadi tahu tentang TVI ini dan tidak mudah percaya dengan janji-janji yang ditawarkan oleh member TVI. Mungkin banyak orang yang masih berusaha meyakinkan Anda mengenai prospek di TVI, tapi saya yakin, mereka pun sebenarnya tidak banyak tahu soal produk TVI. Mereka hanya mau menipu Anda dengan alasan mereka telah tertipu sebelumnya.

Saya tidak akan menipu orang lain di bawah saya untuk bergabung dengan TVI karena saya bersedia menjadi orang tertipu yang terakhir. Dan saya tidak akan berhenti menyebarkan tulisan ini baik online maupun offline supaya tidak ada lagi orang yang merasa tertipu.

Sisi Lain TVI

Bisnis jaringan di Indonesia memang luar biasa. Pelakunya sebenarnya ya itu-itu saja. Mereka selalu mengerubuti suatu Sistem dari produk baru dan menjalankan sistem ini sampai semua orang di Indonesia ini menjadi member mereka (sampai pada titik jenuh). Setelah mencapai titik jenuh ini, maka mereka menunggu produk baru dan kemudian secara bersama-sama pindah haluan dan melakukan lagi seperti pada produk sebelumnya. Begitu seterusnya. Inilah mengapa Pak Samsul Bahri dengan bangga memperkenalkan diri sebagai PNS (Pekerja Network Sejati) ketika presentasi di Mojokerto.

Nah, sayangnya di TVI ini adalah tidak adanya produk. Produk jaringan lain mungkin tidak menguntungkan member yang ada di level yang terbawah (daerah), namun biasanya mereka tetap menerima produk yang mereka bayar. Sedangkan untuk TVI, member tidak mendapatkan apa-apa. TVI bukan produk bisnis jaringan karena TIDAK ADA PRODUKNYA. Ini hanyalah sebuah money game.

Di sisi lain, meski sudah banyak komunitas yang menentang TVI (termasuk di Facebook), namun masih banyak yang ngotot menyebarkan sistem jaringan ini. Bahkan, untuk merespon sulitnya klaim voucher hotel, ada sebuah blog yang menulis bahwa voucher hotel hanyalah sebagai bonus, produk utama dari TVI adalah membership untuk mendapatkan diskon-diskon di bisnis travel (diskon pesawat terbang, kapal pesiar, hotel sampai sewa mobil). Bagi saya, pernyataan ini terlalu naif karena menjual membership diskon sewa mobil di Amerika untuk orang Mojokerto seperti saya. Dan hebatnya, membership ini laris luar biasa. Memangnya berapa sih orang Mojokerto (atau Jawa Timur, atau bahkan Indonesia) yang mau pergi ke Amerika dan ingin sewa mobil di sana hingga mau membayar Rp 2,6 juta untuk sekedar mendapat diskon?

Kalau misal membership itu sebuah produk, ini juga hanyalah manis di bibir. Kartu member yang juga dijanjikan sejak awal, ya hanya jadi omong belaka. Saya masih yakin bahwa tidak ada satupun anggota TVI yang telah menerima kartu member yang konon katanya bekerja sama dengan jaringan MasterCard. Ah, naif sekali…

Kenyataan ini juga membuat saya teringat pernyataan Pak Samsul Bahri (orang Jakarta yang presentasi di Mojokerto) tentang voucher hotel ini. Beliau pada awalnya membanggakan murahnya voucher hotel TVI, tapi pada akhir pembicaraan, beliau bilang bahwa dia sendiri pada akhirnya tidak menggunakan voucher karena sistemnya sangat menguntungkan. Harusnya waktu itu sudah saya sadari bahwa ini sebenarnya mengakui bahwa tidak ada member TVI yang menggunakan voucher hotel. Semua hanya menjalankan sistem untuk mendapatkan member sebanyak mungkin sehingga mereka bisa mendapatkan bonus sebanyak mungkin.

Dan kalau ada orang TVI yang bilang tidak menggunakan voucher karena sudah merasa nyaman dengan menjalankan bisnisnya, pada dasarnya mereka telah mengakui bahwa TVI adalah money game.

Mojokerto, 6 Agustus 2010

Hasyim MAH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline