Lihat ke Halaman Asli

Pong Hardjatmo, Jagalah Arahmu

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_244876" align="alignleft" width="300" caption="Pong Hardjatmo"][/caption]

Pong Hardjatmo sempat menghebohkan dengan aksinya mencoret atap gedung DPR dengan “Jujur, Tegas, Adil”-nya pada tanggal 30 Juli 2010 lalu. Tindakan Pong ini dianggap mewakili kegemasan masyarakat terhadap kinerja wakil rakyat serta pemerintah. Dan mungkin karena dilakukan selebritis dan mewakili rakyat, tindakan ini pun tidak sampai dimasukkan sebagai tindakan pidana.

Tindakan ini memang pantas dipuji. Pong pun seketika menjadi bahan pembicaraan di 2 dunia yang berbeda yaitu dunia politik dan dunia selebriti.

Aksi selanjutnya dilakukan Pong tanggal 19 Agustus 2010 di mana saat itu dia melakukan demonstrasi seorang diri di depan Istana Negara. Saat itu dia membawa tabung elpiji kemasan 3kg.

Tanggal 30 Agustus 2010 kemarin, Pong melanjutkan aksi itu dengan memberi “kado” kentongan pada HUT DPR yang diterima Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Yang menjadikan kehadiran Pong ini tidak aneh tentu saja tidak lepas dari tindakan awal Pong di atap DPR sebelumnya.

Secara karir, tindakan Pong di atap DPR adalah sebuah tindakan awal yang bisa dibilang sebuah loncatan bagi Pong untuk menyeberang dari dunia selebriti menuju dunia politik. Tidak bisa kita pungkiri bahwa Pong saat ini mempunyai “daya jual” yang luar biasa secara politik.

Saya yakin, di tahun 2014 nanti atau bahkan sebelumnya, Pong pasti banyak “dilamar” oleh parpol untuk menjadi salah satu ikon parpol. Dan sangat mungkin juga Pong akan menerima lamaran itu. Karena memang secara karir, tampaknya Pong memang ingin menuju ke sana.

Ada 2 kemungkinan motif yang mendasari Pong ketika menyeberang ke dunia politik yaitu murni karena hati nurani atau karena motivasi karir (ekonomi). Kedua kemungkinan ini tentu tidak mungkin ada yang tahu kecuali Pong dan Tuhan.

Seandainya motif yang mendasari Pong adalah uang, kita tidak perlu bahas lebih jauh. Ujung-ujungnya kita juga tahu bahwa dia nantinya tidak jauh berbeda dengan wakil rakyat yang ada sekarang ini. Dia akan menjadi orang yang sekarang ini dia kritik.

Namun seandainya motif yang mendasari tindakan Pong selama ini adalah hati nurani, kita juga belum bisa otomatis gembira karena tetap ada 2 kemungkinan di sini. Kemungkinan pertama, Pong masuk parpol dan jadi anggota DPR, kemudian mempertahankan idealisme sehingga bisa mewarnai dunia politik kita atau bahkan mungkin ikut merubah wajah DPR.

Kemungkinan kedua, Pong masuk parpol dan jadi anggota DPR, lalu merasakan nikmatnya jadi anggota DPR. Kondisi ini harus diakui sangat sering melanda anggota DPR yang pada awalnya punya niat berjuag. Kenyataannya semua fasilitas yang didapat ketika menjadi anggota DPR justru melenakan dan menumbuhkan kepentingan pribadi yang luar biasa. Di saat seperti ini, niat awal yang mulia tadi bisa saja tergerus, bahkan habis. Dan tentu, jika ini yang terjadi, karir Pong juga akan berakhir seperti yang dia kritik saat ini.

Lalu, mau kau bawa ke mana langkahmu, Pong?

Mojokerto, 31 Agustus 2010

Hasyim MAH




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline