Lihat ke Halaman Asli

Tentang Motor Itu

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ibu, bisa antar saya pulang?”, pinta seorang Ibu muda pada saya, kemarin. Saya tak menjawab. Pertanyaan itu diulangnya sampai 3 kali. Dan, saya pun tetap tak menjawab.

Ibu tersebut mengalami musibah, mengendarai motor bersama adiknya. Motor itu di depan kendaraan saya, dan tiba-tiba oleng serta jatuh ke kali di dekat perumahan sekitar Ciledug Indah. Ibu itu jatuh ke kali, lalu ditimpa dengan motornya, dan adiknya pun turut terjatuh. Kejadiannya begitu cepat.

“Bu, rumah saya dekat di pertigaan itu, belok kiri. Tapi, antar saya ke rumah Encang saya saja, di lurusan jalan ini, pinta Ibu itu sekali lagi.

Bukannya saya tak mau membantu, namun, saya memang tak memiliki kemampuan untuk mengendarai motor. Apalagi, harus menggonceng 2 orang.

Alhamdulillah, ada pemuda yang baik hati, yang menawarkan untuk mengantar ke rumah Encang mereka yang ditunjukkan. Dengan badan yang basah kuyup dan masih lemas serta shock ringan, Ibu itu mengucapkan terimakasih dan berlalu.

Saya.... menjadi berpikir-pikir ulang untuk mampu mengendarai sepeda motor. Karena, di daerah tempat saya tinggal, memang kendaraan yang paling sesuai adalah motor. Sampai-sampai anak-anak di bawah umur pun sudah “pandai” dan lihai mengendarainya.

SIM dari kepolisian memang saya belum punya. Tapi, SIM dari suami, sepertinya memang belum akan dikeluarkan. Setiap tahun, saya selalu merajuk untuk dibelikan motor dan diberi ijin untuk mengendarainya. Tetapi jawabannya selalu sama. “Ndak usah naik motor lah..., kendaraan di Jakarta banyak. Angkot banyak, taxi banyak, kawan juga banyak”.

Alasan utamanya sebenarnya khawatir dengan saya. Karena tanpa motor pun, saya bisa ijin untuk pergi ke suatu tempat yang relatif jauh. Apalagi jika memiliki kendaraan sendiri. “Pasti bisa ke ujung-ujung Jakarta”, ujar suami.

Pertanyaan Ibu muda itu, masih terngiang...: “Ibu bisa antar saya...?”

Dan, saya tetap terdiam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline