Orang bilang wajahku tampan dengan tubuh yang atletis. Mungkin ya, soalnya aku mudah sekali menggaet perempuan. Sepertinya semua perempuan mau saja kalau aku pacari. Dan ada yang bilang juga kalau mereka jadi pacarku , itu menjadi kebanggaan mereka bisa mendapatkan aku. Tentunya aku sangat tersanjung dan membuat aku menjadi playboy kelas kakap. Kalau sudah bosan aku tinggalkan begitu saja dan pasti masih ada yang mau dengan diriku. Itu yang membuat aku jumawa. Tapi apa salahku? Kalau peempuan-perempaun itulah yang menyodorkan dirinya untuk dijadikan pacarku. Dan ini menjadi petualangan seru diriku.
"Sudahilah petualangan dirimu, Marco. Lihat semua teman sudah menikah, kamu hanya gonta ganti pacar. Kapan seriusnya?" tanya Dani memandang diriku. Entah mengapa diriku masih terobsesi dengan perempuan-perempuan yang naskir diriku.
"Aku belum ada yang cocok."
"Astaga. Jadi selama ini kamu macari perempuan itu hanya untuk main-main saja?"
"Bukan salahku. Mereka yang ingin,"tukasku. Dani menatapku kesal.
"Ingat loh, suatu waktu kamu akan tahu akibatnya saat kau benar-benar suka sama perempuan,"tukas Dani lagi.
Semua itu tak aku pedulikan. Yang penting aku bisa bersenang-senang bersama mereka. Itu bukan salahku. Tapi ini menjadi lain saat aku bertemu dengan Prita. Perempaun anggun ini berbeda sekali dengan yang lainnya. Prita tak pernah acuh dengan diriku. Dia anggun sekali dengan penampilannya dan dia cerdas. Setiap malam yang ada dalam pikiranku adalah Prita. Tapi sulit sekali untuk mendekatinya.
"Rasain," tukas Dani
"Kamu itu tak membantu, malah mengejekku,"tukasku kesal. Aku berlalu darinya dan mencari jalan agar aku bisa mendekati dirinya. Dan bukan aku kalau aku tak bisa mendekati Prita. Walau alot, namanya perempuan pasti takluk dengan diriku. Dan aku terkagum-kagum dengan dirinya. Rasa cintaku semakin kuat dalam diriku. rasa ingin selalu bersama , saling mencintaiku sangat kuat dalam diriku. Tapi sudah hampir setahun aku berhubungan dengan Prita, dia selalu menghindar dari dirinya.
"Apa aku kualat ya?"