Ara memang monyet yang senang berpergian dari satu hutan ke hutan lainnya. Dia suka karena banyak pengalaman yang ia dapat juga teman akan semakin banyak. Setiap hutan punya keunikan sendiri.
Dan dia selalu bisa beradaptasi dengan semua yang ia datangi. Dan Ara selalu diterima di semua hutan yang pernah ia kunjungi. Begitulah hidupnya nomaden.
Dari satu hutan ke hutan yang lain. Tapi saat Ara bertemu dengan Septi monyet betina yang dari pandangan pertama sudah membuat jantung Ara berdebar-debar. Ara akhirnya memutuskan tinggal lama di sana. Ada monyet yang dia sayangi.
Akhirnya Septi bisa diraih Ara. Awalnya begitu sulit apalagi Septi adalah anak dari raja monyet di hutan itu. Tapi Ara bisa meyakinkan kalau dirinya pantas menjadi pasanagn Septi walau dia bukan keturunan raja. Dunia menjadi milik berdua.
Cinta semakin bertumbuh, tapi entah mengapa Ara masih ada keraguan akan hubungan ini. Sudah berapa kali didesak ayah Septi untuk segera menikah tapi ada hal yang membuat dirinya ragu.
"Mengapa kau tak melamar saja Septi. Semua ingin menikahinya, tapi kau yang dipilihnya,"tukas Rubo temannya
"Entahlah ada keraguan dalam diriku."
"Ragu apa, kau akan enak menjadi menantu raja. Punya kekuasaan, bisa mendapatkan makanan yang enak dan berlimpah. Rugi loh kalau kau tak menikahinya."
Begitulah teman-temannya menyuruhnya untuk segera melamar sebelum ada monyet lain yang akan melamar Septi. Bagi Ara ayahnya Septi terlalu banyak mengatur, padahal Ara terbiasa hidup bebas dari satu hutan ke hutan yang lain.
Apakah dia sanggup untuk hidu menetap dan dibatasi dengan campur tangan ayahnya Septi. Tapi itu bukan dirinya. Dirinya terbiasa bebas melakukan banyak hal.
Ara pamitan untuk berkelana lagi, dia tak bisa dikekang . Walau akhirnya hubungan dengan Septi harus kandas , Ara tetap memilih kata hatinya untuk tetap pergi berkelana.