Bejo melayangkan pandang ke seklilingnya. Sepi. Di saat masa orang-orang di rumah, dirinya masih bekerja di kantor. Kantornya tak meliburkan karyawannya. Hanya diberlakukan giliran masuk kerja sehingga yang masuk kerja tak banyak sehingga bisa menjaga jarak. Semua pakai masker. Dirinya ditambah dengan penutup muka dari mika.
Entah mengapa dirinya mulai ketakutan, saat banyak berita yang simpang siur. Ada yang menakutkan, ada yang membuat dirinya semakin stres. Di sisi lain ada yang bilang tak mengapa kita bakal hidup selamanya dengan corona. Sama seperti flu . lalu diirnya harus percaya yang mana? Sudah hampir 3 bulan corona mewabah.
Bahkan di Jakarta begitu banyak yang terinfeksi corona. Berita kematian itu seperti petir yang menyala di kepala Bejo. Setiap mendengar kematian kadar stresnya semakin berat. Bejo mulai ketakutan. Bejo tak bisa tidur. Dia dibayang-bayangi corona.
Corona selalu ada dalam pikirannya. Sudah meresap dalam sel-sel otaknya. Dan Bejo mulai sulit tidur . Matanya sulit dipejamkan dan itu membuat dirinya lemah. Kinerja di kantor mulai keteteran. Otaknya tidak bisa diajak untuk berpikir lagi.
Pagi tadi pak Burhan menaruh kertas kerjanya di atas meja dengan keras. Bejo tersentak kaget.
"Bagaimana kamu bisa membuat proposal seperti ini? Untung belum dibaca klien kita, kalau sudah bisa hancur perusahanaan ini!" Pak Burhan menyentakan tangannya.
"Maaf pak, gak konsentrasi hari ini."
"Tapi ini sudah yang kesekian kalinya kamu kerja gak benar,"tukas pak Burhan dengan wajah murka.
"Nanti saya perbaiki pak." Bejo mengambil berkas proposal dan mulai mengerjakan lagi. Tapi di kepalanya hanya terlihat bayang-bayang virus corona. Berputar-putar tak tentu arah. Mereka seperti mengejek dirinya. Mereka seolah-olah mau menghancurkan dirinya. Virus itu terus berputar-putar tak ada hentinya. Bejo mulai merasakan pusing. Dan tiba-tiba tubuhnya ambruk dan Bejo tak sadarkan diri.
Bejo terbangun. Dirinya sudah ada di tempat tidurnya. Masih sendiri. Sepi. Dan kembali corona mulai mengejek dirinya.
"Kau takut ya. Kau takut ....gak berani . ayo, kemarilah, aku tak apa-apa. Kemarilah ." Virus corona itu terus bicara taka da hentinya. Bejo ketakutan dan mulai berteriak-teriak. Dia keluar rumah dan mulai berteriak-teriak. Mulai bicara sendiri , tertawa. Tetangganya mulai terganggu dengan kebiasaan Bejo yang berteriak-teriak tentang corona .