Lihat ke Halaman Asli

Hastira Soekardi

TERVERIFIKASI

Ibu pemerhati dunia anak-anak

Cerpen | Hantu

Diperbarui: 10 April 2020   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : www.penuliscilik.com

Saat --saat menyiksa sudah Dudi lewatkan, bahkan Dudi tak menyangka bakal terkena virus corona ini. Entah mengapa Dudi bisa kena.  Beberapa kali Dudi berpikir keras, siapa saja yang pernah kontak dengannya. Atau berapa banyak yang batuk di hadapannya. Dudi tak tahu.  Yang Dudi tahu badannya tiba-tiba demam. 

Dudi pikir dia hanya demam biasa. Maka diminumlah parasetamol . Tapi ternyata panas tak turun-turun, malah dirinya mengalami sesak nafas. Dudi berpikir dia harus ke rumah sakit sendiri dan dia gak mau berkontak dengan keluarganya, takut mereka juga ketularan. 

Sesampainya di rumah sakit , Dudi disambut dengan petugas dengan pakaian mirip atronot, semua serba tertutup. Dudi tak begitu jelas melihatnya. Dudi dimasukan ke dalam ruang isolasi. Dudi tak habis pikir, kenapa dia harus kena? Tubuhnya melemas, dia hanya berpikir gimana keluarganya di rumah.

Ternyata semakin hari dirinya semakin memburuk, nafasnya semakin sesak dan ventilator tak membantu dirinya. Rasa sakit sudah menjalar ke seluruh tubuhnya.  Sampai Dudi heran kok tubuhnya bisa melayang ke udara. Dia melihat tubuhnya terbaring di bawah. Seperti lagi tidur panjang. Dudi menyentuh tangannya. T

ak ada dagingnya. Dudi melayang-layang dan terbang ke rumahnya. Semua keluarganya sedang tidur. Ditatap istri dan anak-anaknya. Selamat tinggal semuanya. Dudi tak mampu berkata-kata lagi, semua akan ditinggalkannya. Dudi memikirkan bagaimana mereka hidup selanjutnya kalau tak ada dirinya?  Dudi tak bisa lagi menahan tangisnya dan dia melayang kembali ke rumah sakit. Dia melihat petugas sedang membungkus tubuhnya dengan plastik.

"Kenapa? Kau mati juga akhirnya?" Dudi kaget di sebelahnya juga ada yang melayang-layang.

"Semoag jasad kamu bisa dimakamkan?"

"Emang kenapa?" tanya Dudi

"Banyak yang seperti kita ini ditolak banyak orang untuk dimakamkan di pemakaman dekat rumah mereka,\." Tapi Dudi yakin , dia tetap bisa dimakamkan. Keluarganya pasti akan berusaha keras untuk memakamkannya.

Ternyata semua harapannya hilang. Warga di sekiatr pemakaman menolak jenasah yang mati karena corona. Mereka takut tertular . Ambulans berputar-putar mencari tempat pemakaman yang mau menerima jasad Dudi, tapi banyak yang menolak. Sampai di suatu tempat yang sunyi dan jarang penduduk. Di situlah Dudi dimakamkan. Dudi sedih, bagaiaman keluarganya bisa menyambangi makamnya kalau letak makamnya terpencil. Dudi mulai marah pada semua orang. 

Terutama orang-orang yang menolak jasadnya. Sungguh tak punya rasa kemanusiaan. Padahal kalau sudah mati dan terkubur dengan baik tak akan bisa menularkan lagi. Mereka memang bodoh . Dudi mulai gentayangan rohnya. Dia gak peduli lagi. dia harus membalaskan dendam pada orang-orang yang menolak dirinya. Dan terdengar kabar di beberapa kampung banyak yang ketakutan karena sering ditampakan hantu . Hantu itu tiap hari melayang-layang di kampung mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline