Lihat ke Halaman Asli

Hastira Soekardi

TERVERIFIKASI

Ibu pemerhati dunia anak-anak

Cerpen | Cermin

Diperbarui: 15 Maret 2019   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : www.pixabay.com

Lisa kembali melihat wajahnya di cermin. Tetap sama. Wajah yang mengerikan jelas terlihat dari cermin. Lisa terdiam. Andai saja cermin bisa mengubah dirinja jadi cantik, sungguh senang dirinya. Kamarnya menjadi tempat pelariannya semenjak dirinya memutuskan untuk mengeram diri di dalam kamarnya. Cukup sudah hinaan dan ejekan yang membuat hatinya perih. Sudah cukup, Lisa tak mampu bertahan lagi. Hanya di sini di kamarnya, dirinya merasa nyaman. Tak ada satupun yang berani mengejeknya.

Masih teringat sejak kecil Lisa sudah terbiasa dihina dan diejek. Sudah terbiasa tak punya teman hanya duduk di pojok halaman sekolah sendiri. Bahkan sampai SMApun dia tetap sendiri. Semua temannya bisa bergembira , bisa menikmati hidup hanya dirinyalah yang harus menutup mukanya kalau bertemu dengan orang. Bahkan ada yang menjerit saat melihat wajahnya. Wajahnya memang tak mulus, bagian pipinya turun bergelambir dan menarik sudut matanya ke bawah. Kata dokter harus dioperasi tapi biaya darimana untuk opearsi besar yang memakan biaya.

"Lihat itu ada hantu."

"Ih, mukanya serem."

"Takut lihat wajahmu."

Sampai satu titik Lisa tak sanggup lagi, dia tidak melanjutkan sekolahnya hanya mau mengeram diri di kamarnya. Ibunya sudah membujuknya tapi Lisa tetap malu dengan dirinya. Dia tak rela setiap hari harus menjadi bahan ejekan teman-temannya.

Kali ini Lisa berdiri lagi di depan cermin. Masih menakutkan, tak ada perubahan. Rasanya Lisa merasa dirinya sendiri, kesepian. Ingin dia bisa berbagi cerita tapi dengan siapa?

"Lisa, kemarilah." Lisa tertegun. Cermin itu berbicara. Perlahan Lisa mendekat.

"Kamu bicara?"tanya Lisa. Tapi yang Lisa lihat hanya dirinya. Bayangan dirinya.

"Ya, apa kamu tak capai dengan hidupmu. Sepanjang hdiupmua hanya ejekan saja terhadap dirimu."

"Iyalah, capai . Tapi mau apa lagi. Mungkin ini sudah nasibku. Takdirku ."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline