Pertama kali aku dikirimi foto tanaman yang tumbuh di halaman depan rumah mertua. Katanya tanaman ini baru pertama kali berbunga setelah lama ditanam. Aku cari tahu kalau tanaman itu termasuk jenis tanaman Agave, Agave gigantea. Dan bunganya menjulang tinggi. Sungguh takjub, aku juga baru pertama kali melihat bunga yang begitu tinggi. Bahkan oleh bapak diberi tahanan dari bambu agar bunga tidak putus karena angin. Bunganya berupa bulir-bulir kecil yang keluar dari batang bunganya yang menjulang tinggi. Penasaran dengan tanaman ini , aku mulai mencari tahu tentang tanaman ini.
Dan pencarian aku berakhir pada jenis tanaman Agave , tepatnya Agave gigantea. Tanaman Agave gigantea ini aslinya berasal dari Brasil Amerika Selatan. Tanaman ini sudah tersebar luas termasuk masuk ke Indonesia.Agave ini tumbuh di ketinggian 1000 mdpl dengan area lembab. Tapi kebanyakan kuat dalam semua jenis tanah termasuk tanah yang kurang nutrisinya. Bahkan ada yang tumbuh di antara bebatuan dan tebing. Tahan terhadap kekeringan jangka pendek dan ada kandungan garam. Dan juga tahan dengan suhu rendah dari -7 sampai -4 0C.
Ciri dari tanaman Agave ini berupa semak dengan tajuk yang berbentuk huruf V. Batang roset mempunyai diameter 2,5-3,5 m , bunga dengan tinggi dari 5-10 meter. Untuk batangnya ada selubung yang dikenal dengan fibrosa-kayu pada bagian inti dari batang yang pendek dalam roset. Tangkai berbunga berkayu. Sedangkan daunnya berwarna hijau atau kuning-hijau dengan bentuk linier-lanset dan runcing pada ujungnya, berdaging dengan serat yang tampak seperti benang paralel.
Untuk lebar daun sampai 25 cm , ada duri marjinal sedang bagian ujungnya hanya sedikit. Bunga terminal ada jumbainya , putih , putih-kehijauan atau pucat hijau-kebiruan, harum dan akan membuka sedikit demi sedikit dalam beberapa minggu. Tanaman ini bisa berbunga kapan saja dalam setahun. Karena tingginya bunga tanaman ini akan berbunga sampai ukurannya dan kekuatannya cukup untuk menyokong besar dari tangkai bunga. Dan anehnya tanaman ini akan mati sekitar setahun setelah ada bunganya.
Padahal tanaman punya bapak ini sudah ditanam sejak tahun 1990 dan baru berbunga tahun 2015.Penyebaran tanaman ini sangat dibantu oleh adanya gaya gravitasi . Hal ini dikarenakan tanaman ini tumbuh berdekatan. Kalau ada yang letaknya berjauhan mungkin disebarkan oleh kelelawar buah. Untuk membesarkan tanaman ini bisa menempatkan anakan di dalam pot atau di tanah juga bisa. Sesudahnya tanaman Agave ini tak perlu perawatan khusus. Tanaman ini bisa tumbuh selama 5-20 tahun tergantung kondisi lingkungannya. Ada pemilik tanaman ini yang mengatakan tanaman dia berbunga setelah berumur 15 tahun. Mungkin benar saja. Kalau diperhitungkan tanaman bapak mulai ditanam tahun 1990 dan baru berbunga akhir tahun 2015 artinya tanaman milik bapak berbunga setelah 25 tahun .
Agave ini banyak digunakan sebagai tanaman hias. Dan ternyata bisa digunakan untuk menahan tanah , tanaman landskep. Selain itu ekstrak akarnya bisa digunakan untuk tonik pemurnian darah dan daun keringnya digunakan untuk mengontrol pembengkakan dan penyembuhan luka. Selain itu Agave menurut studi bisa digunakan untuk bahan bakar alternatif yang alami. Dan diklaim mempunyai tingakt emisi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar lainnya. Menurut studi karena tanaman Agave ini mampu menyerap karbondioksida lebih banyak setelah terjadi pembakaran bahan oleh kendaraan. Etanol yang dihasilkan oleh tanaman Agave ini menghasilkan emisi sebanyak 35 gram karbondioksida untuk setiap mega joule energi lebih rendah dibanding jagung sebanyak 85 gram mega –joule. Tapi ini baru uji coba yang dilakukan peneliti dari Australia. Bisa jadi kelak menjadi bahan bakar alternatif secara tanaman ini sangat mudah tumbuh di jenis tanah apapun.
Tanaman Agave ini tak butuh perawatan khusus sehingga bagi yang tak telaten memelihara tanaman, Agave bisa jadi alternatif . Bentuk yang unik dengan warna cerah bisa mewarnai ha
laman rumah atau bisa untuk tanaman di kantor-kantor. Agave milik bapak masih terlihat dan menunggu tanaman ini kelak mati setelah berbunga. Kita tunggus aja kelanjutan ceritanya....
Sumber foto : Dok Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H