Lihat ke Halaman Asli

Hastira Soekardi

TERVERIFIKASI

Ibu pemerhati dunia anak-anak

Violet yang Menakjubkan

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1422911983344261952

Pertama kali melihat kembang bokor ini di rumah mertuaku, yang paling menarik adalah warnya yang ungu muda. Jadi teringat salah satu temanku mbak Irowatiyang sangat menyukai warna ungu. Apalagi selain warna ungunya kembang bokor ini terdiri dari bunga-bunga kecil yang sepertinya menyatu menjadi bulatan besar yang tampak indah. Boleh deh tahu ternyata warna kembang bokor ini dipengaruhi oleh kadar alumunium dan keasaman tanah. Dengan tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5 menyebabkan alumunium akan mudah diserap dan kembang bokor yang dihasilkan akan berwarna biru.Bila tanahnya mempunyai pH netral antara 5,5 – 6,5 alumunium agak sulit diserap karena sebagian sudah membentuk ikatan dengan senyawa kapur dalam tanah dan akan memberikan warna kembang bokor, lembayung muda atau keunguan. Dan bila tanahnya mempunyai ph lebih dari 7 menyebabkan alumunium sudah berikatan dengan senyawa kapur sehingga alumunium sulit diserap tanaman dan akan menghasilkan kembang bokor berwana merah muda. Artinya kita bisa memanipulasi keasaman tanah kalau kita mengharapkan warna tertentu pada kembang bokor ini. Cara menaikan pH dengan menambahkan kapur pertanian/dolomit dengan dosis 0,5-1 kg/meterpersegi tanah atau bisa dengan menyiramkan larutan kapur tembok yang sudah dilarutkan ke dalam air dengan konsentrasi 50 gr kapur perliter/meter persegi tanah. Nah, artinya kitabisa membuat kembang bokor kita berwarna ungu, biru atau merah muda. Bisa mencobanya ....

Kembang bokor atau bahasa latinnya Hidrangea macrophilla. Ternyata kembang ini berasal dari negara Jepang berupa tanaman perdu. Helaian daunnya lebar dan tebal merupakan daun tunggal, berbetuk bulat telur tapi bergerigi dengan warna permukaan daun hijau tua. Bunganya majemuk dan keluar dari ujung tangkai membentuk rangkaian yang berbetuk bulat dengan diameter bsia mencapai 20 cm. Pembibitan bisa dilakukan dengan stek akar. Bisa dengan cara memisahkan tunas baru yang keluar dari akar tanaman induknya dan ditanam di media tanamnya. Perawatan kembang bokor ini mudah hanya dengan menyiram , minimal 5-7 hari sekali. Pemberian pupuk hanya 3 bulan sekali saja.Dan biasanya untuk tanaman hias di pekarangan rumah.

14229120412041488220

Kembang bokor selain digunakan untuk tanaman hias ternyata punya manfaat yang lain sebagai obat herbal, walau rasanya pahit dan sedikit pedas. Sifatnya sedikit dingin dan toksik dan digunakan sebagai antiradang dan antimalaria. Yang digunakan untuk obat pada tanaman bokor ini adalah bagian herba dan akarnya dan bisa digunakan segar atau yang sudah dikeringkan. Untuk obat yang diminum bisa gunakan 9-15 gr kembang bokor yang direbus sedangkan untuk obat luar, rebus herba secukupnya . Air rebusannya bisa digunakan untuk membersihkan eksema pada kantung buah zakar dan kurap.

Cara pemakaiannya:


  • 1.Malaria : Merebus herba kembang bokor dan daun murbei masing-masing 9 gram dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Kemudian saring setelah dingin dan minumdua jam sebelum terjadi serangan malaria.

  • 2.Sakit tenggorokan : Mencuci akar segar kembang bokor lalu potong-potong seperlunya, Kemudian ditambahkan cuka apel yang telah diencerkan dan giling sampai halus dan kemudian diperas. Air hasil perasan ini digunakan untuk obat kumur untuk mengobati tenggorokan yang sakit.

  • 3.Ekzema pada kantung zakar . Merebus herba kembang bokor, herba bayam duri dan daun ketepeng cina yang kemudian direbus . Gunakan hasil rebusan ini untuk mencuci dan mengompres bagian yang ekzema.

Menanam kembang bokor jadinya sangat menyenangkan karena halaman rumah kita akan lebih semarak dengan warna yang indah dan manfaat untuk pengobatan bisa kita gunakan buat kebutuhan sehari-hari.

Sumber foto : Dokumen Pribadi


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline