"Ketika politik mengajarkan bahwa tugas politikus sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat, namun, yang terjadi justru mereka hanya mementingkan dirinya sendiri." - Joseph Schumpeter
Mengulik rencana sejumlah organisasi relawan Jokowi yang berkolaborasi untuk menyelenggarakan acara Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia di berbagai daerah dan akan dimulai di Solo pada 27 Agustus 2022.
Musra Indonesia, sebagai pertanda tidak sesuainya atau adanya kontra pendapat dan keinginan antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI-P Megawati dalam menentukan pilihan Calon Presiden pada kandidasi Pilpres 2024, melalui pintu PDI-P.
Sangat jelas terbaca bahwa Ketua Umum PDI-P Megawati tetap ingin menjagokan Putri Mahkotanya Puan Maharani, Ketua DPR RI. Sementara Presiden Jokowi diprediksi akan mengendorse Ganjar Pranowo sebagai suksesor Jokowi pasca 2024.
Musra Indonesia, sebuah strategi atau taktik unjuk kekuatan (show of force), selain untuk suksesor Jokowi Pasca 2024, juga sebagai tanda kegelisahan para elit relawan Jokowi yang telah menikmati posisi pada pemerintahan Presiden Jokowi dua periode.
Baca juga: Inilah Dilematis Jokowi Vs Megawati Menuju Pilpres 2024
Menguntungkan Prabowo Subianto
Terjadinya perbedaan sikap atau kontra antara Presiden Jokowi dan Megawati, sesungguhnya akan menguntungkan posisi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan.
Kalau Megawati ngotot mau patahkan jagoan Presiden Jokowi, Ganjar Pranowo. Bisa saja Megawati kembali "reuni" bersama Partai Gerindra, dengan formasi Prabowo Subianto sebagai capres dan Puan Maharani sebagai cawapres.
Presiden Jokowi sepertinya juga ingin membawa Ganjar Pranowo ke Partai Gerindra dengan formasi Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, kalau Megawati tetap pendiriannya dengan memilih Puan Maharani tanpa bersama dengan Prabowo Subianto.