Membaca dan memantau perjalanan politik Partai Amanat Nasional (PAN) besutan Prof. Dr. H. Amien Rais dan kawan-kawan pasca reformasi PAN dideklarasikan di Jakarta pada 23 Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, menjadi semakin prihatin dan prediksi akan semakin kerdil.
Tokoh pendiri PAN diantaranya Amien Rais, Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Rizal Ramli, Albert Hasibuan, Toety Heraty, Emil Salim, Drs. Faisal Basri, M.A., A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie, dan lainnya (sejarah PAN baca di wikipedia)
Kebetulan penulis pernah terjun di partai politik dan menjadi pengurus Partai Golkar (1995-1999), sempat mundur dan selanjutnya bersama teman-teman mendirikan PAN di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam masa transisi keluar dari Partai Golkar tersebut, penulis terkesima dengan platform pada awal berdirinya PAN (sedikit bernostalgia) sempat menaruh harapan dan termotivasi mendirikan PAN Bone Provinsi Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Hanafi Rais Mundur dari PAN, Keluarga Amien dan Zulhas Bakal Pecah
Namun tidak sampai pada deklarasi pendirian PAN Bone, penulis tinggalkan panggung politik sama sekali. Karena saat itu sempat membaca situasi di DPP PAN yang kurang elok atas tersingkirnya atau proses keluarnya Faisal Basri. Sempat membaca bahwa ada pola kepemimpinan yang kurang bijak.
Termasuk sungguh disayangkan langkah yang ditempuh Amien Rais yang banyak kontroversi. Sisi lain, harus diakui pula bahwa Amien adalah salah satu tokoh nasional yang pernah dielu-elukan masyarakat. Bersama para mahasiswa dan tokoh pergerakan lainnya, Amien berjasa membidani lahirnya reformasi.
Tapi sekecil apa pun, peran Amien memang tidak bisa dieliminir dalam kehidupan politik di Indonesia. Karena di sisi lain, sejarah mencatat Amien sebagai salah satu tokoh yang berani mengeritik Soeharto, presiden RI yang dikenal sangat otoriter. Jarang ada yang bisa lolos bila berani berhadapan dengan penguasa Orde Baru itu.
Baca Juga: Sejumlah Pengurus di Daerah Usulkan Amien Rais Bentuk PAN Reformasi
Cemburu pada Amien Rais
Jujur kadang penulis cemburu, betapa enaknya menjadi seorang Amien Rais, politisi senior Indonesia ini seakan bisa mengatakan dan melakukan apa saja tak peduli dampaknya terhadap siapa pun. Seolah enteng melontarkan pernyataan yang pada akhirnya bisa memakan kredibilitasnya.