Membaca berita Kompas.Com "Belva Delvara Mundur dari Staf Khusus Presiden" sedikit kaget. Namun apapun keputusan Belva, itulah yang terbaik dan sangat apresiasi. Tapi sedikit ingin menanggapi perihal pengunduran diri Belva.
Adamas Belva Delvara (Belva) mengundurkan diri dari posisi Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo. Berkaitan dengan terpilihnya Ruang Guru, perusahaan yang didirikan dan dipimpinnya sebagai mitra program Kartu Prakerja.
Apakah Belva tidak mundur setelah terpilih sebagai Stafsus Presiden ? Bila tidak mundur berarti terjadi kesalahan besar dalam management Stafsus di Kantor Presiden.
Tapi bila Belva sudah melewati prosedur atau mundur dari seluruh perusahaan yang terkait dengannya, termasuk Ruang Guru. Maka Belva tidak perlu mundur dari jabatannya sebagai Stafsus Presiden.
Karena keliru juga pihak Istana, bila tidak mensyaratkan para Stafsus tersebut untuk melepaskan diri dari status di perusahaan, baik direksi maupun komisaris, pada saat anak-anak muda ini terpilih. Berarti akan merugikan para Stafsus tersebut yang mungkin semuanya dari swasta.
Begitupun kalau Belva sudah mengundurkan diri dari perusahaannya, termasuk Ruang Guru. Salahlah bila Belva mundur dari Stafsus Presiden Jokowi. Publik juga tidak bisa mengoreksinya, bila Belva sudah mundur. Itu masih dalam ranah profesionalisme.
Mungkin sedikit berbeda masalah antara Belva dan koleganya Andi Taufan Garuda Putra yang terlebih dahulu disorot publik hal suratnya yang tertuju pada Camat seluruh Indonesia. Substansi yang berbeda.
Surat Terbuka Belva Devara (21/4), CEO Ruangguru bisa dilihat di Ig. belvadevara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H